Judul

Sabtu, 20 Desember 2014

Traveling Part 10: Taman Burung Bali

10.     TAMAN BURUNG BALI
Pada saat traveling ke Bali, kamipun mencoba menjajal keunikan atraksi wisata di Taman Burung Bali atau yang juga dikenal dengan Bali Bird Park. Di tempat ini, kami menemukan `surga burung` di tengah hutan hujan tropis buatan. Selain sebagai wahana rekreasi, lokasi ini juga cocok untuk kegiatan penelitian dan pendidikan mengenai satwa unggas baik yang ada di Indonesia maupun mancanegara.
Taman Burung Bali terletak di di Jalan Serma Cok Ngurah Gambir, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, Indonesia. Taman Burung Bali dibuka untuk umum setiap hari dari jam 8.00 hingga 18.00 WITA sore.
Lokasi Taman Burung Bali cukup mudah dijangkau dari Ibu Kota Provinsi Bali, Denpasar. Dari kota ini, wisatawan dapat menyewa mobil, sepeda motor, atau menggunakan jasa taksi dan travel menuju lokasi dengan lama perjalanan sekitar 20 menit. Sementara dari lokasi obyek wisata lainnya, Taman Burung Bali antara lain dapat ditempuh dari kawasan Pantai Kuta selama 45 menit, serta dari kawasan Ubud dan pusat perbelanjaan tradisional Sukawati selama 15 menit.
Untuk menyaksikan ragam unggas dan reptil di Taman Burung Bali, wisatawan dikenai biaya tiket bervariasi. Bagi wisatawan asing, pengunjung dewasa diwajibkan membayar 17 dolar AS, sementara anak-anak 8,5 dolar AS. Untuk wisatawan domestik dewasa dikenai biaya Rp 59.000 dan untuk anak-anak sebesar Rp 29.000 (Desember 2008).

Menurut sumber yang penulis baca, taman Burung Bali mulai dibuka pertama kali pada bulan Oktober 1995. Sejak saat itu, taman burung ini terus berkembang hingga mencapai luas lahan sekitar 2 hektar. Sejak awal, taman burung ini dibangun dengan konsep botanical garden untuk tempat hidup dan berkembang aneka spesies unggas dari berbagai negara di dunia. Oleh sebab itu, Taman Burung Bali juga termasuk dalam ketegori lembaga konservasi yang bersifat ex-situ, yaitu ekosistem buatan yang dipilih dan dibangun untuk tujuan konservasi hewan di luar habitat aslinya. 

Meski demikian, pengelola Taman Burung Bali tetap berusaha menciptakan lingkungan buatan yang mirip dengan hutan hujan (rainforest) yang menyerupai habitat asli unggas-unggas yang dipelihara dalam taman burung ini. Semula, areal yang telah `disulap` menjadi hutan hujan tropis buatan ini adalah lahan persawahan. Namun, berkat kecerdikan para perancangnya, lahan persawahan tersebut kemudian ditata sedemikian rupa dengan berbagai macam tanaman tropis (beberapa di antaranya adalah tanaman langka) dan dilengkapi dengan air terjun, telaga, dan kolam ikan buatan sehingga kami seolah-olah sedang berada di tengah hutan. Berbagai jenis tumbuh-tumbuhan tropis bahkan sengaja didatangkan dari berbagai daerah di luar Bali. Selain tanaman tropis dari Indonesia, koleksi tanaman juga didatangkan dari Australia, Afrika, dan Amerika Selatan. Salah satu koleksi tanaman yang cukup terkenal adalah jenis tanaman blue bismarck palm yang ditanam di sebelah kolam buatan.
Berkunjung ke Taman Burung Bali, wisatawan tak hanya bisa melihat koleksi sejumlah 1.500 ekor burung yang terdiri dari 250 jenis. Di areal wisata ini, kami juga dapat melihat langsung penangkaran atau pengembangbiakan burung-burung yang sudah langka, mulai dari melihat telur-telur burung, proses penetasan, hingga proses pemberian pakan. Para pengunjung juga dapat berfoto bersama burung-burung yang unik dan memesona (termasuk menyaksikan maskot burung endemik dan langka dari Bali, yaitu jalak bali).
Saat ini, dari sekitar 1.500 ekor burung tersebut, 70 persen di antaranya merupakan burung lokal Indonesia, seperti dara, jalak, kakatua, cendrawasih, kawao, merak, nuri, ayam, gelatik, dan lain sebagainya. Sementara 30 persen lainnya merupakan jenis-jenis burung dari luar negeri. Koleksi dari luar negeri ini berasal dari Afrika, antara lain bangau mahkota afrika, flamingo, betet abu-abu, dan congo; dari Amerika Selatan seperti makao biru emas, makao sayap hijau, makao skarlet, makao hycin, skarlet ibis, dan bangau sayap merah; dari Australia antara lain kakatua galah, kakatua mitchel, dan pelikan; serta beberapa unggas dari Cina, yaitu ayam hutan perak, ayam hutan coklat, dan ayam hutan emas.

Oleh karena beragamnya jenis dan asal unggas-unggas tersebut, maka pengelola Taman Burung Bali mengelompokkan sangkar burung berdasarkan asal negara masing-masing unggas. Hal ini untuk memudahkan para wisatawan mengetahui dari mana asal burung-burung tersebut. Sangkar burung-sangkar burung itu dijejer dan ditata sedemikian rupa menyerupai habitat aslinya.
Selain disangkarkan dalam kandang burung besar, sebagian unggas juga dilepas bebas di taman-taman yang ada di lokasi ini. Di sekitar telaga buatan, misalnya, pengunjung dapat melihat angsa hitam, burung flaminggo, pelikan, dan lain-lain. Sebagai pemanis pemandangan, di tengah telaga terdapat teratai raksasa victoria regiayang sengaja didatangkan dari Florida, Amerika Serikat.

Tak hanya kicauan unggas, wisatawan juga akan dimanjakan oleh suasana hutan tropis yang tampak alami. Di areal seluas 2 hektar ini, tumbuh-tumbuhan ditanam dan ditata apik sehingga menambah nyaman suasana jalan kaki para wisatawan. Tumbuhan khas hutan hujan tropis di taman ini antara lain beberapa macam tanaman palm, pandan Bali, sikas, dan macam-macam tanaman air. Untuk menambah menawan panorama taman, di taman ini juga dipasang berbagai macam lampu taman, hiasan batu-batuan, patung, serta jalan setapak yang sudah dikeraskan. Jalan setapak tersebut dibuat meliuk-liuk mengikuti kontur lahan, memanjang sejauh kira-kira 1 kilometer.
Di taman ini juga dapat disaksikan berbagai reftil, mulai dari kura-kura, ular kobra, ular ganas (viper), komodo, hingga reptil jenis kadal lidah biru. Dengan adanya koleksi ratusan reptil, kami dapat bercengkrama dan berfoto dengan reptil dalam reptilarium atau rimba reptil.
Setelah cukup lelah mengelilingi taman, kami bersantai sembari menyantap makanan di sebuah restoran di dalam taman ini. Di sela-sela menikmati makanan, kami disuguhi aksi burung-burung yang menyapa dengan aneka bahasa. Burung-burung cerdik ini juga akan beterbangan di sekitar meja-meja tamu.
Taman Burung Bali ini juga dilengkapi dengan areal lukisan telur, ruang photoshop, dan galeri cenderamata. Di galeri cenderamata tersebut, para pelancong dapat membeli berbagai suvenir yang berkaitan dengan burung serta beragam jenis kerajinan tangan khas Bali sebagai kenang-kenangan atau oleh-oleh.
Untuk jaminan keamanan dan kesehatan koleksi unggas, pasca-merebaknya kasus flu burung pihak pengelola Taman Burung Bali telah memperketat biosecurity system terhadap koleksi burung yang ada. Tak hanya itu, para pengunjung yang memasuki lokasi taman juga disterilkan dengan cara disemprot dengan cairan disinfektan serta menginjak keset yang berisi cairan disinfektan. Hal ini untuk mencegah kemungkinan menyebarnya virus flu burung yang dapat dibawa oleh para pengunjung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers