Judul

Senin, 28 Januari 2013

FILSAFAT: ILMU DAN TEKNOLOGI


ILMU DAN TEKNOLOGI 

Oleh: Iis Suryatini 


A. PENDAHULUAN 

Harus diakui bahwa teknologi dan segala rekayasanya telah mempengaruhi seluruh bidang kehidupan manusia. Penerapan teknologi tinggi dan segala sesuatunya banyak menyangkut kepentingan manusia terutama masyarakat modern, yang mana teknologi telah menghasilkan jasa yang relative efektif dan efisien. Hal ini terjadi karena jika dibandingkan dengan masyarakat tradisional maka masyarakat modern mempunyai indikator-indikator sebagai berikut: (a) lebih bersifat analitik di mana sebagian besar aspek kehidupan bermasyarakat didasarkan kepada asas efisiensi baik yang bersifat teknis maupun ekonomis, dan (b) lebih bersifat individual daripada komunal terutama ditinjau dari segi pengembangan potensi manusiawi dan masalah survival. 

Indikator pertama memberikan tempat yang penting kepada nilai teori dan nilai ekonomi. Nilai teori ini terutama sekali berkaitan erat dengan aspek penalaran (reasoning) serta ilmu dan teknologi.[1]

Hampir semua negara di dunia pada abad ini, menyusun strategi penguasaan dan pengembangan teknologi tinggi. Walaupun kebijakan seperti itu mengandung pro dan kontra yang terkadang tajam, terutama terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Di Indonesia sendiri, dalam GBHN, ditentukan bahwa Ilmu Pengerahuan dan Teknologi selain merupakan asas, factor dominan, juga dinyatakan sebagai sasaran pembangunan. Dengan demikian strategi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari garis politik pembangunan nasional.[2]

Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang mengalami kemajuan sangat pesat. Mulai dari penemuan computer, berbagai satelit komunikasi, internet dan lain sebagainya. Manusia dewasa ini memiliki mobilitas yang sangat tinggi, karena pengaruh teknologi komunikasi dan informasi.[3]

Untuk menunjukkan bahwa manusia sekarang hidup di dunia teknologis, Marwah Daud Ibrahim dalam bukunya Teknologi Emansipasi dan Transendensi (1955) menulis, antara lain sebagai berikut: sekarang ini ratusan satelit komunikasi bergerak di orbit geostasioner mengikuti rotasi bumi, sementara ribuan kabel serat optik merambah di dasar samudera. Pertautan antara teknologi transmisi mutakhir dengan computer telah melahirkan era baru di bidang informasi. Manusia dapat saling berhubungan dari ujung bumi yang satu ke ujung yang lainnya dalam kecepatan hitungan detik, bahkan nol detik. Kita hidup di dunia dimana data lintas batas wilayah, konferensi jarak jauh, facsimile, cetak jarak jauh bukan lagi hayalan. Program televisi dari satu negara dapat ditonton secara serempak oleh ratusan juta pemirsa di puluhan negara, sehingga Marshall McLuhan menyebutnya sebagai tanda akan hadirnya “desa global”[4]

Dari uraian di atas, maka kita tidak dapat memungkiri bahwa begitu pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi saat ini. Ilmu yang dapat berkembang dengan pesat menunjukkan adanya proses yang tidak terpisahkan dalam perkembangannya dengan teknologi.[5] Namun kemudian muncul pertanyaan, apakah teknologi muncul sebagai jawaban terhadap masalah yang muncul dalam kebutuhan hidup sehari-hari ataukah teknologi didorong perkembangannya oleh kemajuan ilmu pengetahuan yang memungkinkan penerapan temuan-temuannya secara teknis?[6]

Di samping itu muncul juga masalah lain yang senantiasa diperbincangkan oleh para ahli, yang menyangkut hubungan timbal balik antara ilmu dan teknologi.[7] Manakah yang lebih penting, antara: 
1. Mengembangkan ilmu melalui pengem­bangan ilmu murni (pure science) dan ilmu dasar (basic science)? 
2. Mengembangkan teknologi melalui alih tekno­logi maupun industrialisasi? 

Dari berbagai pertanyaan‑pertanyaan dan polemik tersebut setidak‑tidaknya tersirat adanya kekaburan pengertian tentang i1­mu dan teknologi, dan juga kekaburan, pemahaman, tentang hubungan antara ilmu dan teknologi. 
Menyikapi gejala masalah di atas, penulis mencoba merumuskan permasalahan sebagai berikut: 
1. Apa sebenarnya makna ilmu itu? 
2. Apa yang dimaksud dengan teknologi? 
3. Adakah perbedaan antara ilmu dan teknologi? 
4. Bagaimana keterkaitan antara ilmu dan teknologi? 

Dari permasalah-permasalah tersebut, maka dengan segala keterbatasan, penulis mencoba menjabarkannya dalam makalah ini, dengan harapan akan mampu memahami tentang berbagai persoalan yang muncul yang berkaitan dengan ilmu dan teknologi. Adapun materi yang akan dibahas ini adalah: 
1. Makna denotatif dan konotatif ilmu. 
2. Batasan pengertian teknologi. 
3. Perbedaan antara ilmu dan teknologi. 
4. Keterkaitan antara ilmu dan teknologi. 


B. ILMU 
Pengertian Ilmu 
Tentang pengertian ilmu ditinjau dari segi bahasa, Ahmad Tafsir menjelaskan, bahwa dalam bahasa Arab ilmu berarti pengetahuan (knowledge), sedangkan dalam bahasa Indonesia biasanya ilmu itu terjemahan dari science. Ilmu dalam arti science hanya sebagian dari al-ilm dalam bahasa arab. Karena itu kata science seharusnya diterjemahkan sains.[8]

Prent mengatakan bahwa ilmu berasal dari kata Latin scientia yang berarti: pengetahuan tentang, tahu juga tentang, pengetahuan yang mendalam, il­mu, pengertian, keahlian, tahu, faham benar‑benar[9]
Dengan demikian arti ilmu secara bahasa mengacu pa­da lingkup pengertian yang sangat luas, baik itu pengetahuan sebagaimana dimiliki oleh setiap manusia, maupun pengetahuan i1miah yang disusun secara sistematis dan dikembangkan melalui prosedur tertentu. 

Adapun pengertian ilmu secara definisi, para ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan perbedan pemahaman di antara mereka.[10] Namun dari sekian banyak definisi ilmu, The Liang Gie menjelaskan bahwa ilmu adalah serangkaian aktivitas manusia yang manusiawi (human), yang rasional dan kognitif dengan berbagai methode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan [11]
Aktivitas yang dimaksud adalah segala kegiatan atau rangkaian kegiatan atau proses yang dijalani oleh para ahli (misalnya fisikawan, sosiolog) untuk membangun pengetahuan ilmiah sesuai dengan pemahaman masing-masing tentang dunia, yang akhirnya melahirkan plural­itas tujuan ilmu. 

Aktivitas ilmiah menurut Peursen[12] adalah: hasrat untuk mengerti, memahami, menjelaskan, menguasai dan memanfaatkan sesuatu, diantaranya: 

Ø alam, sebagaimana tercermin dari pemunculan ilmu‑ilmu tentang alam: fisika, kimia, biologi, kosmo­logi; berkembang pada tujuan untuk memahami, mengatasi, 
Ø daya‑daya kehidupan, sebagaimana muncul dalam ilmu‑ilmu tentang kehidupan: ilmu kedokteran, farmasi; 
Ø kekuatan‑ke­kuatan yang bersifat sosial yang langsung melibatkan manusia: sosiologi, psikologi, antropologi, ilmu ekonomi, ilmu politik, ilmu bahasa, dan lain sebagainya. 

Dengan demi­kian keluasan tujuan ilmu pada akhirnya melahirkan pembagian objek formal ilmu yang menyesuaikan diri dengan objek material yang hendak diungkap melalui ilmu‑ilmu. 

Klasifikasi Ilmu 
Adapun nama-nama ilmu menurut Ahmad Tafsir[13] yang juga senada dengan yang dikemukakan oleh Stuart Case[14], dibagi menjadi: 
1. Kealaman, seperti Astronomi, Fisika, Kimia, Ilmu Bumu, Ilmu Hayat 
2. Sosial, seperti Sosiologi, Antropologi, Psikologi, Ekonomi dan Politik 
3. Humaniora, seperti seni, Hukum, Filsafat, Bahasa, Agama dan Sejarah 

Di samping kedua pendapat ahli di atas, masih banyak lagi pendapat ahli-ahli yang lain tentang pembagian ilmu, seperti pendapat Herbert (formil dan alam), Mohammad Hatta (Alam, social Kultur), Radioputro (berdasarkan urutan dari yang paling eksak kepada abstrak), bahkan pembagian ilmu menurut Undang-Undang Pokok tentang PTN no 22 tahun 1961(agama, kebudayaan, social, eksakta dan teknik).[15]

Kembali lagi kepada definisi ilmu yang dikemukakan The Liang Gie, bahwa struktur aktivitas ilmiah menurutnya[16], pada dasarnya terdiri atas dua ba­gian, yakni bagian substantif atau isi, dan bagian prosedural atau metode. Kedua bagian tersebut dalam kenyataannya tidak bisa dipisahkan, hanya dapat dibedakan dalam analisa. Namun demikian aktivitas ilmiah sebagai bagian dari realitas sosial tidak cukup dipahami sesederhana itu. Berikut ini dibahas kompleksitas aktivitas i1miah dipandang dari sudut internal, dan dari sudut pan­dang sosiologi ilmu. 

Menurut The Liang Gie[17], dari sudut pandang internal dan sistematis, konotasi ilmu se­sungguhnya menyangkut tiga hal: 
1. Proses menunjuk pada Penelitian Ilmiah. 
2. Prosedur, mengacu pada metode Ilmi­ah. 
3. Produk (hasil), yang dimaksud adalah Pengetahuan Ilmiah. 


Dari sudut pandang sosiologi ilmu, Ziman[18] membedakan ilmu dari: 

1. Sudut pandang internal mengacu pada ilmu akademis (academic science), relatif lebih menekankan pada pengkayaan tubuh pengetahuan ilmiah untuk pengembang­an ilmu itu sendiri, tanpa adanya pemikiran untuk kemungkinan-­kemungkinan penerapannya lebih jauh. 

2. Sudut pandang eksternal me­ngacu pada ilmu industrial (industrial science) memusatkan diri pada pengkajian efek‑efek teknologis dari pegetahuan ilmiah yang dihasilkan oleh ilmu‑ilmu murni. Titik berat perhatian Ilmu industrial terletak pada kemampuan instru­mental ilmu dalam memecahkan problem‑problem praktis baik untuk kepentingan politis, militer, atau pun komersial. llmu industrial ini merupakan komponen utama dari teknologi. Yang menjadi pembeda utama dari keduanya adalah hubungan mereka dengan masyarakat. 

Objek Ilmu 
Objek ilmu yang dikemukakan oleh Purwadarminta[19], yakni 
1. Objek Material, yakni seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu 
2. Objek Formal, yakni objek material yang disoroti oleh suatu ilmu, sehingga membedakan antara satu ilmu dengan yang lainnya, jika berobjek material yang sama 

C. TEKNOLOGI 

Secara etimologis, menurut Runes,[20] akar kata teknologi adalah techne yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang ber­kaitan dengan pembuatan suatu objek atau kecakapan tertentu, pengetahuan tentang prinsip‑prinsip atau metode, seni. 

Adapun logos menurut The Liang Gie,[21] sebagai akar kata logi, tidak me­ngacu pada status ilmiah dari teknologi, sebagaimana ditemukan dalam istilah antropologi, biologi, sosiologi, namun lebih mengacu pada makna tata pikir atau pun keteraturan, sebagai­mana ditemukan dalam istilah kronologi dan ideologi. 

Dari tinjauan secara etimologis, terlihat adanya potensi kekaburan makna dari istilah tekno­logi. Pertama terkait dengan dimensi pengetahuan dari teknologi, yang memunculkan permasalahan apakah teknologi termasuk dalam pengetahuan ilmiah (ilmu) ataukah pengetahuan biasa. Kedua terkait dengan dimensi praktis dari teknologi, yang menimbulkan persoalan apakah persamaan atau pun perbedaan antara teknologi dan teknik, juga antara teknologi dan seni (art)? Klarifikasi terhadap dua potensi masalah tersebut meru­pakan klarifikasi tentang hubungan antara teknologi dengan ilmu, dan hubungan antara teknologi dengan kebudayaan. 


Pengertian Teknologi dikaitkan dengan dimensi pengetahuan 
Berikut ini beberapa pengertian teknologi yang dikaitkan dengan dimensi pengetahuan[22]
1. Teknologi menurut Brinkmann adalah penerapan dari pengetahuan ilmiah kealaman (natural science). Pengertian ini adalah pengertian teknologi yang pa­ling banyak digunakan dalam berbagai lingkup kehidupan. Pernya­taan teknologi adalah penerapan ilmu dengan mudah dapat dite­mukan pada mimbar kuliah maupun pada pengerjaan proyek fisik. 

2. Teknologi menurut The Liang Gie merupakan pengetahuan sistematis tentang seni in­dustrial, atau sebutan singkatnya, sebagai ilmu industrial 

3. Teknologi menurut Hill: penerapan pengetahuan ilmiah untuk industri. 

4. Bunge sebagaimana dikutip The Liang Gie, menyatakan bahwa teknologi adalah ilmu terapan (applied science) yang dipilahnya menjadi em­pat cabang, yakni: teknologi fisik (misal teknik mesin, teknik sipil); teknologi biologis (misal farmakologi); teknologi sosial (misal riset, operasi), teknologi pikir (misal ilmu komputer) 

5. Feibleman sebagaimana dikutip The Liang Gie, memandang teknologi sebagai perte­ngahan antara ilmu murni dan ilmu terapan, atau merujuk pa­da makna teknologi sebagai keahlian (skill) 

6. Layton sebagaimana dikutip The Liang Gie, memahami teknologi sebagai pengetahuan. Beliau menggunakan makna yang lebih dekat dan asli. 

7. Sedangkan Karl Mark sebagaimana dikutip The Liang Gie, menggunakan istilah tekno­logi dalam tiga makna yang berbeda, yakni sebagai alat kerja, pengajaran praktis dari sekolah industrial, dan ilmu tentang teknik. 

Dari berbagai definisi di atas jelas terlihat bahwa terdapat beberapa pendapat, yakni: Pertama, tek­nologi bukan ilmu, melainkan penerapan ilmu. Berkaitan dengan hal tersebut, tidak bisa disangkal bahwa pengetahuan limiah memainkan peranan yang sangat be­sar dalam perkembangan teknologi modem, namun sepanjang sejarah teknologi banyak ditemukan bahwa rancangan-rancangan dan penemuan teknologi bisa terwujud atas dasar suatu upaya yang secara teori (pada masanya) justru salah.[23] Proses penemuan dalam teknologi, seperti halnya da­lam ilmu, sering diilhami oleh hal‑hal di luar teori yang telah ada. Dengan demikian pernyataan bahwa‑ teknologi merupakan pene­rapan ilmu harus diterima bukan dalam arti yang absoulut. Demikan juga dengan pernyataan bahwa teknologi berbeda dengan ilmu. Memang teknologi berbeda dengan ilmu, namun pada kenyataannya ilmu menyumbangkan beberapa komponennya dalam bangunan teknologi. Dalam pendekatan system, teknologi merupakan sebagian output dari ilmu. 

Kedua, teknologi merupakan ilmu, yang dirumuskan dalam kaitan dengan aspek ekstemal (yaitu industri), dan aspek internal yang dikaitkan dengan objek material ilmu (fisik, biologis, social, pikir, dan kepentingan industrial), maupun objek formal (penerapan teori ilmiah). Pernyataan tersebut menimbulkan permasalah­an serius, apabila dinyatakan bahwa teknologi merupakan ilmu, hal ini tentu akan menghilangkan aspek-aspek teknologi yang lain, mi­salnya: asumsi filosofis di balik teknologi, aspek ideologis dari teknologi, aspek sosiologis dari teknologi, maupun aspek budaya dari teknologi. Sebab teknologi secara mendasar lebih dari sekedar dan berbeda dengan ilmu terapan.[24]

Dan ketiga, teknologi merupakan keahlian ilmiah yang terkait dengan realitas kehi­dupan sehari‑hari. Untuk bahasan ini, sebaiknya perhatikan pendapat‑pendapat yang merumuskan teknologi dengan penekanan bukan pada pengetahuan, melainkan pada dimensi praktis maupun aktivitas dari tek­nologi. 



Pengertian Teknologi dari dimensi praktis maupun aktivitas 
Terdapat beberapa definisi yang memahami tek­nologi dari aspek bukan pengetahuan [25], yakni: 
1. Teknologi menurut Brinkmann seba­gai suatu produksi untuk tujuan‑tujuan ekonomis. Teknologi sebagai suatu sistem yang netral untuk tujuan penggunaan apa pun. Tekno­logi sebagai ungkapan kepentingan manusia untuk berkuasa. 
2. Teknologi kontemporer menurut merupakan pendapat para ilmuwan sosial Hitam, terutama para antropolog sebagaimana dikutip The Liang Gie, adalah sebagai per­luasan dan perkembangan bentuk aspek‑aspek dari batas‑batas umum aktivitas manusiawi masyarakat yang berbeda dari para pendahulu mereka pada zaman kuno dan prehistoris. 
3. Berkner dan Kranzberg sebagaimana dikutip The Liang Gie, dia juga membatasi pe­ngertian teknologi dalam terminologi yang lebih luas dan dalam, dengan maksud untuk memahami keseluruhan makna sosial dari teknologi, dengan mendefinisikan teknologi sebagal aktivitas kerja manusia untuk membantu baik secara fisik atau intelektual dalam menghasilkan bangunan, produk‑produk, atau layanan­-layanan yang dapat meningkatkan produktivitas manusia untuk memahami, beradaptasi terhadap, dan mengendalikan lingkung­annya secara lebih baik. 
4. Rickover sebagaimana dikutip The Liang Gie, memahami teknologi tidak lain sebagai artefak yang dihasilkan oleh manusia industrial modern dalam rangka memperluas kekua­saannya atas jwa dan raga. 
5. Nash bahkan lebih sempit lagi, yakni dengan memahami teknologi se­bagai aktivitas dan hasil dari aktivitas, yang merujuk pada pabrik-pabrik, barang, dan layanan 
6. Ziman sebagaimana dikutip The Liang Gie, mendefinisikan teknologi dalam kaitan dengan ilmu, de­ngan merumuskan ilmu sebagai seni untuk tahu (The Art of Knowing), dan teknologi sebagai seni untuk tahu bagaimananya (The Art of Knowing How) 
7. Abrams sebagaimana dikutip The Liang Gie, menya­takan bahwa teknologi merupakan penerapan teknik (applications of techniques). Pendapat ini menjadi penengah antara dimensi pe­ngetahuan dan dimensi aktivitas dari teknologi. 
8. CA Van Peurseun mengemukakan pandangan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa terlepas dari pembahasan teori pengetahuan, teknik dan etik. Menurutnya, teori pengetahuan melahirkan teknik, dan teknik bersentuhan langsung dengan etik. Pengetahuan lebih berkuasa dari teknik, dan teknik lebih berkuasa darpada etik.[26]
9. Ahmad Tafir mengemukakan bahwa salah satu fungsi sains adalah untuk memudahkan kehidupan sains. Teori-teori inilah yang diturunkan ke dalam teknologi. Jadi teknologi itu bukan sains (ilmu), teknologi merupakan penerapan sains . Teknologi adalah sains terapan.[27]

Dari berbagai batasan pengertian di atas tersirat luasnya -atau kaburnya‑ kandungan pengertian teknologi. Dengan demikian, wilayah pengertian teknologi[28] adalah: 
1. Dari segi konsepsional yang terkait dengan tekno­logi, yakni prosedur, seni, keahlian teknis, tujuan kerja, penge­tahuan. 
2. Dari segi faktual yang terkait dengan tekno­logi, yakni pabrik, barang, industri, alat, aktivitas. 

3. Dari segi eksternal yang terkait dengan tekno­logi, yakni kepentingan ekonomi, politik, struktur sosial, maupun budaya masyarakat. 

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa teknologi merupakan fenomena yang kompleks. Dengan demikian untuk menghadapi kompleksitas teknologi, The Liang Gie merumuskan bahwa teknologi adalah sebagai suatu sistem seni praktis (a system of the Pratical art).[29]

Sebagaimana pendekatan sistem, teknologi memiliki beberapa hal berikut: 
v Input teknologi dapat berupa kekuatan-kekuatan material, keahlian, tehnik, pengetahuan, alat. 
v Komponen teknologi dapat berupa keahlian tehnik (engineering), proses, fabrikasi manufaktur maupun organisasi. 
v Output dari teknologi adalah bangunan‑ba­ngunan fisik, barang‑barang, makanan, alat‑alat, organisasi, atau pun benda‑benda. 
v Lingkung­an dari teknologi adalah berbagai komponen kebudayaan, ter­utama ilmu. 


D. PERBEDAAN ANTARA ILMU DAN TEKNOLOGI 

Dengan pendekatan yang dijelaskan di atas, menurut The Liang Gie dan Peursen,[30] teknologi berbeda dengan tek­nik karena cakupan pengertian teknologi lebih luas dari teknik. Teknik adalah suatu sitem seni praktis. Tehnik tidak timbul kebetulan saja, melainkan sebagai konsekuensi dari penge­tahuan. Demikian pula ilmu berbeda teknologi. Teknologi tidak muncul secara kebetulan saja, namun merupakan konsekuensi dari adanya ilmu. 

E. KETERKAITAN ANTARA ILMU DAN TEKNOLOGI 

Dari penelusuran terhadap konsep ilmu dan teknologi dengan berbagai aspek dan nuansanya, kiranya mulai jelas keter­kaitan antara ilmu dan teknologi. 

Sir Bertrand Russel, merumuskan hubungan ilmu dan teknologi dengan rumusan yang amat sederhana. Menurut dia dengan akalbudinya manusia mempunyai dua kemampuan. Pertama, akalbudi memberinya kemungkinan mengetahui berbagai hal. Kedua, akalbudi yang sama memberinya kemungkinan menciptakan berbagai hal. Ilmu adalah pengetahuan. Sedangkan teknologi adalah penciptaan[32]

Beberapa titik singgung antara ilmu dan teknologi dapat dirumuskan[33] sebagai berikut: 
1. Bahwa baik ilmu maupun teknologi merupakan komponen dari kebudayaan. 
2. Baik ilmu maupun teknologi memiliki aspek ideasional maupun faktual, dimensi abstrak maupun konkrit, dan aspek teoritis mau­pun praktis. 
3. Terdapat hubungan dialektis (timbal balik) antara ilmu dan teknologi. Pada satu sisi ilmu menyediakan bahan pen­dukung penting bagi kemajuan teknologi yakni berupa teori‑teori; pada sisi lain penemuan‑penemuan teknologis sangat membantu perluasan cakrawala penelitian i1miah, yakni dengan dikembang­kannya perangkat‑perangkat penelitian berteknologi mutakhir. Bahkan dapat dikatakan, dewasa ini kemajuan ilmu mengandalkan dukungan teknologi, sebaliknya, kemajuan teknologi mengandalkan dukungan i1mu. 
4. Sebagai klarifikasi konsep, istilah ilmu lebih tepat dikaitkan dengan konteks teknologis, sedangkan isti­lah pengetahuan lebih sesuai bila digunakan dalam konteks teknis. 



F. PENUTUP 
Sebagai penutup, penulis memaparkan beberapa hal[34]

1. Dari berbagai uraian tersebut diatas terlihat bahwa ilmu, dan teknologi sesungguhnya merupakan realitas yang kompleks. Masing‑masing merupakan jalinan yang rumit dan berpijak pada dua aspek realitas yang berbeda, yakni aspek ab­strak‑ideasional dan aspek konkrit‑operasional 
2. Terdapat hubungan dialektis (timbal balik) antara ilmu dan teknologi. Pada satu sisi ilmu menyediakan bahan pen­dukung penting bagi kemajuan teknologi yakni berupa teori‑teori; pada sisi lain penemuan‑penemuan teknologis sangat membantu perluasan cakrawala penelitian i1miah, yakni dengan dikembang­kannya perangkat‑perangkat penelitian berteknologi mutakhir. Bahkan dapat dikatakan, dewasa ini kemajuan ilmu mengandaikan dukungan teknologi, sebaliknya, kemajuan teknologi mengandalkan dukungan i1mu 
3. Mengabaikan salah satu aspek hanya akan menghasilkan telaah yang timpang. Sama seperti hasrat manusia kini untuk memecahkan masalah kebutuhan dengan cara seder­hana melalui teknologi. Tidak ada pe­mecahan sederhana untuk suatu permasalahan yang kompleks, demikian pula tidak ada uraian sederhana untuk suatu hubungan dari realitas yang kompleks. 
4. Kom­ponen terpenting dari pengembangan ilmu dan teknologi adalah unsur‑unsur pembelajaran yang memadai, baik pada dataran ni­lai, norma, maupun aturan operasionainya. Perlunya pengembangan ilmu dan teknologi yang lebih integral. 
5. Ilmu dan teknologi dapat berkembang dengan pesat menunjukkan adanya proses yang tidak terpisahkan dalam perkembangannya dengan nilai-nilai hidup. 
6. Mitos bahwa ilmu dan teknologi, adalah bebas nilai, meski diterima de­ngan dasar analisis yang lebih jernih. Sebab pada kenyataanya, nilai-nilai hidup harus diimplikasikan oleh bagian-bagian praktis ilmu jika praktiknya mengandung tujuan yang rasional. Dapat dipahami bahwa mengingat di satu pihak objektivitas merupakanciri mutlak ilmu, sedangkan di lain pihak subjek yang mengembangkan ilmu dihadapkan padanilai-nilai yang ikut menentukan pemilihan atas masalah dan kesimpulan yang dibuatnya.[35]


[1] nieujik.blogspot.com/.../filsafat-ilmu-dan-komponennya.html. didownload tanggal 12 September 2009 
[2] Koento Wibisono Siswomiharjo,Ilmu Pengetahuan Sebuah Sketsa Umum mengenai Kelahiran dan Perkembangannya sebagai Pengantar untuk memahami filsafat Ilmu, dalam Filsafat Ilmu sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan (Yogyakarta: Liberti, 2007) hlm 13 
[3] Rizal Mustansyir, Sejarah Perkembangan Ilmu, dalam Filsafat Ilmu sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Liberti, 2007) hlm 84 
[4] Achmad Charris Zubair dkk, Aktualisasi Filsafat: Upaya mengukir masa depan Peradaban dalam Jurnal Filsapat (Yoyakarta:Fakultas Filsafat UGM, 1997), hlm v 
[5] http://id.shvoong.com/writers/papapfarras, didownload tanggal 12 September 2009 
[6] madib.blog.unair.ac.id/philosophy/124. didownload tanggal 12 September 2009 
[7] Sindung Tjahyadi, Ilmu Teknologi Dan Kebudayaan, dalam Filsafat Ilmu sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan (Yogyakarta: Liberti, 2007) hlm 147 
[8] Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan, (Bandung : Rosda. 2006) hlm 3. 
[9] Sindung Tjahyadi, Ibid hlm 149 
[10] The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu (Yogyakarta:Liberti.1991) hlm 188-218 
[11] Ibid, hlm 188 
[12] Sindung Tjahyadi, Ibid, hlm 150 
[13] Ahmad Tafsir, Ibid, hlm 25-26 
[14] Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya:Bina Ilmu.tt) hlm 55 
[15] Ibid, hlm 51-55 
[16] Sindung Tjahyadi, Ibid, hlm 150 
[17] Ibid 
[18] Sindung Tjahyadi, Ibid, hlm 151 
[19] Endang Saifuddin Anshari, Ibid, hlm 50 
[20] Sindung Tjahyadi, Ibid, hlm 151 
[21] Sindung Tjahyadi, Ibid, hlm 152 
[22] Ibid 
[23] Sindung Tjahyadi, Ibid,hlm 153 
[24] Sindung Tjahyadi, Ibid,hlm 153 
[25] Ibid,hal 154 
[26] Sri Soeprapto, Landasan Penelaahan Ilmu, dalam Filsafat Ilmu sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan,Liberti Yogyakarta, 2007 hlm 89 
[27] Ahmad Tafsir, Ibid,hlm 7 
[28] Sindung Tjahyadi, Ibid,hlm 155 
[29] Sindung Tjahyadi, Ibid, hlm 155 
[30] Ibid 
[31] Ibid, hlm 156 
[32] madib.blog.unair.ac.id/philosophy/124, di download tanggal 12 Setember 2009 
[33] Sindung Tjahyadi, Ibid, hlm 156 
[34] Ibid, hlm 171 
[35] http://id.shvoong.com/writers/papapfarras, didownload tanggal 12 September 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers