Oleh : Iis Suryatini
PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan kitab suci ummat
islam, ini diakui oleh seluruh umat manusia di dunia. Sudah merupakan
keharusan, sebagai umat islam pandai membaca al-Qur’an. Tidak hanya itu umat
islam semestinya dapat menulis, memahami, dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Hal itu berarti umat islam telah memelihara al-Qur’an. Memelihara
al-Qur’an berarti pula menegakkan syari’at islam, sebab syari’at islam
bersumber dari al-Qur’an. Pertanyaannya adalah bagaimana umat islam bisa
menggali ajaran islam yang benar dari al-Qur’an, sedangkan membacanya saja
belum bisa? Inilah dorongan penulis untuk tetap fokus mengajarkan al-Qur’an
sekaligus mengadakan penelitian mengapa dikalangan siswa masih banyak yang
belum bisa membaca al-Qur’an.
Meskipun demikian kegairahan umat islam
khusnya dikalangan generasi muda dan
kaum ibu dalam menegakkan syi’ar islam sungguh sangat menggembirakan kita kaum
muslimin. Pada dua dasawarsa terakhir sebagian syi’ar islam dapat kita lihat
dalam kemakmuran mesjid, terutama mesjid-mesjid tertentu yang berada di
kota-kota besar. Setiap hari kita melihat berbagai kegiatan keagamaan yang
dilaksanakan oleh generasi muda dan majlis-majlis ta’lim kaum ibu. [1]
Namun sebelum itu, kita prihatin
melihat kenyataan bahwa banyak sekali masjid-masjid dan musholla yang megah
atau sederhana di kota maupun di desa yang sepi dari kegiatan, khususnya belajar
membaca al-Qur’an. Mungkin inilah salah satu sebab mengapa sebagaian besar kaum
muslimin dewasa ini tidak bisa membaca al-Qur’an, padahal al-Qur’an merupakan
petunjuk bagi segenap kaum muslimin yang harus dibaca, ditelaah, dihayati, dan
diamalkan sepanjang hidupnya di dunia.[2]
Sebenarnya tidak hanya itu yang
menyebabkan kaum muslimin tidak bisa membaca al-Qur’an. Penulis akan mencoba
mengungkap faktor lain yang menyebabkan kaum muslimin tidak bisa membaca
al-Qur’an, khususnya di Sekolah tempat penulis mengajar yaitu SMA Karya Budi
Cileunyi Kabupaten Bandung. Penemuan ini sebenarnya sudah lama terjadi, akan
tetapi lebih kentara lagi setelah adanya mata pelajaran Pengembangan Diri BTAQ.
Siswa di Sekolah tempat penulis mengabdi tidak banyak yang memilih mata
pelajaran Pengembangan diri BTAQ, meskipun mereka benar-benar tidak bisa
membaca al-Qur’an.
Perubahan kurikulum yang terjadi
dewasa ini dari KBK 2004 menjadi KTSP 2006 membuat peta mata pelajaran yang
disodorkan pemerintah lebih menekankan kepada Kurikulum yang dibuat Tingkat
Satuan Pendidikan. Pada tingkatan Muatan lokal diserahkan kepada Sekolah
masing-masing. Dari 38 jam tatap muka kelas X (SMA) dan 39 jam tatap muka kelas
XI dan XII (SMA), sebanyak 4 jam pelajaran diisi dengan Muatan Lokal 2 jam
pelajaran, dan 2 jam pelajaran Pengembbangan Diri.[3]
Mata Pengembangan Diri dipilih berdasarkan hasil rapat orang tua dan Dewan Guru
[4]
pada setiap menjelan tahun ajaran baru. Dari hasil rapat itu ditentukan bahwa
untuk pengembangan diri diisi dengan Mata Pelajaran BTAQ (Baca Tulis al-Qur’an,
Kesenian Tradisional, Bola Voly, Bola Basket). Mata Pelajaran Pengembangan Diri
ini diberlakukan sejak tahun pelajaran 2007/2008.
Dengan adannya Muatan Lokal
Pengembangan diri BTAQ dengan sendirinya dapat mendorong siswa untuk membaca
dan menulis serta memahami al-Qur’an dengan waktu yang lebih banyak dari
sebelumnya. Namun pada mata pelajaran Pengembangan diri BTAQ, masih terdapat
siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an. Dapat dimaklumi bahwa hal ini terjadi
karena siswa kelas X merupakan siswa baru yang masuk setelah tamat SMP/MTs.
Denngan demikian terjadilah permasalahan yang klasik yaitu siswa belum lancar
membaca al-Qur’an. Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
“KESENJANGAN YANG TERJADI ANTARA SISWA YANG MAMPU MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN
SISWA YANG TIDAK MAMPU MEMBACA AL-QUR’AN (Penelitian pada SMA Karya Budi
Cileunyi Kabupaten Bandung tahun pelajaran 2010/2011). Hal ini penulis lakukan
untuk mengetahui faktor penyebab utama sebagian siswa yang belum bisa membaca
al-Qur’an. Padahal mereka sudah dewasa, usia kelas X kira-kira antara 15 – 16
tahun, dan kelas XI berusia antara 16 – 17 tahun.
KESENJANGAN
ANTARA
SISWA YANG MAMPU MEMBACA AL-QUR’AN
DENGAN
SISWA YANG TIDAK MAMPU MEMBACA AL-QUR’AN
A.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SESEORANG
Untuk dapat meneliti secara
seksama tentang kemampuan membaca al-Qur’an bagi setiap siswa, penulis akan
melakukan riset dari faktor-faktor yang yang dapat diukur. Faktor-faktor itu
dapat membawa pengaruh besar kepada siswa tersebut. Tentu tidak semua faktor
dapat ditampilkan, namun kiranya yang diteliti dapat mewakili dari keseluruhan
yang ada.
1.
Faktor pribadi (diri sendiri)
Term “kepribadian” dalam beberapa
bahasa disebut dengan personality [5].
Istilah ini diambil dari Bahasa Ingris. Dalam beberapa definisi penulis
mengambil istilah yang dikemukakan oleh Alfred Adler, kepribadian adalah gaya
hidup individu atau cara yang karakteristik mereaksinya seseorang terhadap masalah-masalah
hidup, termasuk tujuan hidup. [6]
Menilik dari definisi tersebut
penulis beranggapan bahwa faktor kepribadian banyak mempengaruhi terhadap
kemauan secara pribadi untuk belajar, termasuk ketika belajar membaca
al-Qur’an. Kepribadian banyak menampilkan gaya hidup, merasa penting atau tidak
terhadap sesuatu. Padahal semua manusia perlu belajar. Pada umumnya siswa
banyak belajar al-Qur’an ketika duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) karena masa
ini mempunyai sifat penurut yang manut atas suruhan orang lain – salah satunya
orang tua – bahkan merasa takut. Namun ketika masuk SMP siswa mulai enggan
untuk belajar al-Qur’an. Keterputusan ini menyebabkan tidak adanya kontinuitas
terhadap proses belajar al-Qur’an. Belum lagi ketika belajar pada usia SD guru
yang mengajarnya kurang baik dalam membaca al-Qur’an atau dengan kata lain
kebenarannya diragukan.
Berbeda dengan siswa yang pandai
membaca al-Qur’an, dari hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa mereka
secara terus menerus belajar al-Qur’an, bahkan sampai duduk di bangku SMA.
Minat mereka sangat besar dalam keinginan untuk bisa membaca al-Qur’an.
Terlebih guru yang yang mengajarkannya sering memberkan tes secara berkala
untuk mengontrol kemajuan siswanya.
Dengan demikian jelas bahwa
faktor pribadi – yang didalammya ada minat – untuk membaca al-Qur’an sangat
membawa pengaruh secara signifikan terhadap kelancaran membacanya. Ketika para
siswa ditanya, apakah ada minat untuk membaca al-Qu’ran? Mereka menjawab ada.
Namun ketika disodorkan minat itu apa, dan kemudian diberikan penjelasan
tentang minat mereka yang tidak bisa membaca al-Qur’an, sering merenung bahwa
dalam dirinya sedikit minat bahkan tidak ada sama sekali.
2.
Faktor Orang Tua
Faktor lain yang dapat
mempengaruhi dalam membacara al-Qur’an adalah orang tua. Keinginan untuk
belajar dapat timbul karena ada dorongan orang lain. Dorongan itu membawa
pengaruh positif terhadap anak pada tahap belajar. Anak belajar memerlukan sentuhan orang tua
dengan jalan membimbingnya. Bahkan dapat menghindarkan anak dari perbuatan yang
kurang baik.
Orang tua harus mempu mengatakan
kepada anak bahwa membaca al-Qur’an adalah kewajiban seorang muslim, karena
al-Qur’an sebagai kitab sucinya. Pada kenyataannya anak ada yang mau mengikuti
perintah orang tua dan ada yang tidak. Bahkan mereka seringnya membantah
sehingga membaca al-Qur’an mereka kurang baik. Berdasarkan fakta yang penulis
miliki bahwa anak yang sring membantah orang tua untuk membaca al-Qur’an,
kebanyakan kurang pandai. Sedangkan anak yang sering menuruti perintah orang
tua untuk membaca al-Qur’an secara terus menerus sangat pandai dalam membaca
al-Qur’an.
3.
Faktor Teman Sebaya
Keberadaan orang lain yang sebaya
akan membbawa pengaruh terhadap dirinya. Bisa saja pengaruh itu bersifat
positif atau negative. Bagaimana anak bermain dan bergaul dengan teman yang
setingkat atau sebaya. Kalau teman sebayanya selalu mengajak kepada hal yang
positif biasanya anak yang diajak akan mengikutinya pada hal yang positif pula.
Akan tetapi jika teman sebaya itu mengajak kepada yang negative, maka jiwa anak
yang diajak akan lebih respek terhadap hal yang negative.
Anak yang tidak pandai membaca
al-Qur’an dan lepas dari pengawasan orang tua, mereka mengatakan paling sering
nongkrong dan main tidak karuan meskipun dirumahnya dekat mesjid tempat orang
lain membaca al-Qur’an. Hal itu mereka alami sejak di bangku Sekolah Dasar
sampai setingkat sekolah lanjutan (SMP dan SMA).
Anak yang pandai membaca
al-Qur’an banyak terdorong oleh teman-temannya yang sebaya. Pada saat mereka
pergi ke tempat pengajian maka mereka sering pergi bersama-sama. Bahkan orang
tua sering mengontrolnya ke tempat pengajian.
4.
Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial tempat anak
bergaul sangat banyak mempengaruhi kepada tingkah laku anak. Jika dilingkungan
mendukung terhadap kegiatan positif maka anak akan terbiasa dengan hal positif.
Namun jika lingkungan sosial anak mempengaruhi kepada kegiatan negative boleh
jadi pergaulan anakpun akan negative.
Perlu diingat bahwa lingkungan
sosial anak itu ada yang dekat dengan tempat tinggalnya tetapi ada yang jauh
dengan tempat tinggalnya. Yang dekat dengan tempat tinggalnya mungkin akan
mudah untuk diawasi oleh orang tuanya. Tepai lingkungan sosial yang jauh dengan
tempat tinggalnya akan susah untuk diawasi. Hal ini akan berpengaruh terhadap
kegiatan belajar siswa. Dalam kemampuan siswa membaca al-Qur’an, lingkungan
sosial dekat rumahnya akan lebih dominan terhadap kemampuan membaca al-Qir’an
siswa.
5.
Faktor Minat
Secara sederhana minat (interest)
berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. [7]
Dorongan yang timbul dari kesadaran diri akan mudah untuk memperoleh kebutuhan
dirinya terhadap sesuatu. Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang
selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam
bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya seorang siswa yang menaruh minat besar
terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa
lainnya. [8]
Demikian pada minat anak terhadap
membaca al-Qur’an. Jika pada dirinya tertanam keinginan untuk bisa membaca
al-Qur’an, maka sejak kecil akan lebih fokus untuk menekuni membaca al-Qur’an
sampai benar-benar bisa. Bahkan faktor minat ini akan mempengaruhi terhadap
faktor-faktor lainnya.
Setelah penulis mewawancarai
seluruh siswa yang masuk kelas BTAQ, ternyata semua mempunyai keinginan untuk
mampu membaca al-Qur’an. Hanya saja penulis menduga hanya saat ditanya saja.
Ketika berhadapan dengan kenyataan siswa yang tidak mampu membaca al-Qur’an
lebih cenderung kepada; minat ada tetapi enggan untuk melaksanakan. Berarti
minat mereka tidak besar.
6.
Faktor Agama
Agama seseorang akan bergantung
kepada pokok pangkalnya. Pokok pangkal dimasud adalah orang tua yang melahirkan
anak. Agama seorang anak akan mengikuti agama yang dianut oleh kedua orang
tuanya. Namun faktor agama seseorang akan bergantung kepada jiwa yang
mendasarinya. Jika dasar agama anak kuat, maka akan kuat memegang agama setelah
dia dewasa. Sebaliknya jika dasar agama seorang anak lemah, maka akan lemah
pula dalam menjalankan kehidupannya.
Seorang muslim akan menjunjung
tinggi islam untuk kehidupannya dan akan melaksanakan kewajibannya sebagai
muslim yang taat. Tentu dalam hal ini al-Qur’an akan dipelajari dengan baik.
Al-Qur’an akan menjadi bagian dalam kehidupannya. Bukan sekedar tahu, tetapi
dapat dibaca.
Dari sejumlah siswa kelas BTAQ
yang diteliti sebanyak 26 orang siswa sebanyak 80,76 % atau 21 siswa dari agama
yang taat. Sisanya 20,24% atau 5 orang siswa termasuk kelaurga yang agamanya
lemah. Dari data tersebut jelas tergambar bahwa faktor agamapun sangat
mempengaruhi kepada kepandaian siswa dalam membaca al-Qur’an.
B.
MODEL PENILAIAN DALAM MEMBACA
AL-QUR’AN
Dalam membuat penilaian penulis
akan menentukan skala dengan berbagai macam kategori. Mulai dari kategari
fasih, lancar, lancar sedang, belum lancar, dan tidak bisa sama sekali. Skala
ini untuk memudahkan mengontrol perkembangan membaca al-Qur’an pada setiap
siswa. Bahkan penulis akan dapat mengetahui siswa yang fasih (lancar) sampai yang tidak mampu sama sekali.
Setelah diketahui kriteria siswa
dalam membaca al-Qur’an, selanjutnya penulis akan menerapkan metode yang
digunakan. Metode ini untuk mempercepat agar siswa lancar dalam membaca
al-Qur’an. Penerapan metode akan lebih mudah mengawalinya dari arah mana
setelah diketahui tingkatan dasar kelancaran membaca al-Qur’an pada anak.
Tingkatan dasar yang dimiliki seorang anak sering disebut “entry behavior”.
Seseorang dapat memiliki sesuatu
kemampuan (hasil belajar) dengan baik, bila sebelumnya telah memiliki kemampuan
yang lebih rendah dari padanya dalam bidang yang sama. Kemampuan yang telah
dimiliki sebelum mempelajari sesuatu kemampuan baru disebut dengan entry
behavior. Jadi entry behavior pada dasarnya merupakan keadaan pengetahuan atau
keterampilan yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh siswa sebelum ia
mempelajari pengetahuan atau keterammpilan baru. [9]
Tabel
1
Gambar
Model Penilaian Siswa Kelompok BTAQ
No.
|
Skala Penilaian
Nama Siswa
|
Nilai
Kuatitatif dan Nilai Kualitatif
|
||||
80 – 100
A
|
70 – 79
B
|
60 – 69
C
|
50 – 59
D
|
40 – 49
E
|
||
Fasih
|
Lancar
|
Sedang
|
Belum lancar
|
Tidak bisa
|
||
1.
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Dst.
|
|
|
|
|
|
C.
DATA DILAPANGAN (MATA PELAJARAN BTAQ)
Pelajaran Baca Tulis al-Qur’an
merupakan bagian dari mata pelajaran Pengembangan diri yang masuk dalam
kurikulum KTSP di SMA Karya Budi Cileunyi Kabupaten Bandung. Mata pelajaran
Pengembangan Diri adalah disodorkan kepada siswa untuk dipilih, sebab Mata
Peljaran Pengembangan diri terdiri dari beberapa sub mata pelajaran yaitu;
BTAQ, Kesenian, Bola Voly dan Bola Basket. Mata pelajaran pengembangan diri
hanya ada di kelas X dan kelas XI. Mata Pelajaran ini mulai diberlakukan sejak
menggunakan kurikulum KTSP 2006.
Dalam perkembangannya BTAQ terus
mengalami pasang surut dari jumlah siswa yang mengikutinya. Memang mata
pelajaran BTAQ boleh dibilang sangat kurang peminatnya. Dari data dilapangan
karena mereka (para siswa) merasa takut disebabkan tidak mampu membaca
al-Qur’an. Karena BTAQ bukan hanya olah keterampilan belaka, tetapi menggunakan
ketelitian dan kecerdasan otak. Sedangkan Pengembangan Diri lainnya – kesenian,
volley ball dan Basket Ball – banyak menggunakan permainan dan keterampilan
gerak yang memang sangat disukai siswa.
Sejak tahun pelajaran 2006/2007 belum
begitu fokus pada penyelenggaran Mata pelajaran Pengembangan Diri BTAQ,
sehingga data sulit diperoleh. Pada tahun 2007/2008 kebijakan dirubah hamper
seluruh siswa diwajibkan berdasarkan kebijakan dari pimpinan sekolah sehingga
jumlahnya 50 orang siswa kelas X, 59 orang siswa kelas XI dan 60 orang siswa
kelas XII. Pada tahun 2008/2009 minat siswa terhadap BTAQ menurun drastic
karena ada kebijakan lain dari pimpinan, sehingga jumlahnya mencapai 12 orang siswa
kelas X, 10 orang siswa kelas XI, dan 10 orang siswa kelas XII. Pada tahun
2009/2010 kebijakan berubah kembali dan hanya diikuti oleh kelas X dan XII
dengan rincian 20 orang siswa kelas X, 15 orang siswa kelas XI. Pada tahun
2010/2011 dikuti oleh 11 orang siswa kelas X dan 15 orang siswa kelas XI.
D.
PENILAIAN YANG DILAKUKAN
Penilaian perkembangan kemajuan
siswa dalam membaca al-Qur’an telah penulis lakukan sejak awal tahun ajaran.
Untuk tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh data sebagai berikut :
Tabel
3
Model
Penilaian Siswa Kelompok BTAQ
Data
paling akhir
No.
|
Skala Penilaian
Nama Siswa
|
Nilai
Kuatitatif dan Nilai Kualitatif
|
||||
80 – 100
A
|
70 – 79
B
|
60 – 69
C
|
50 – 59
D
|
40 – 49
E
|
||
Fasih
|
Lancar
|
Sedang
|
Belum lancar
|
Tidak bisa
|
||
|
KELAS
X
|
|
|
|
|
|
1.
|
Aas
Siti Mariyam
|
A+
|
|
|
|
|
2.
|
Alis
|
A
|
|
|
|
|
3.
|
Eli
Sri Nurhayati
|
|
B
|
|
|
|
4.
|
Ita
Puspitasari
|
A
|
|
|
|
|
5.
|
Ranti
Mustika
|
|
B-
|
|
|
|
6.
|
Rina
Marlina
|
|
|
C
|
|
|
7.
|
Santi
Rostianti
|
A-
|
|
|
|
|
8.
|
Nurhalimah
|
|
B
|
|
|
|
9.
|
Fitri
|
A
|
|
|
|
|
10.
|
Astriyani
|
A
|
|
|
|
|
11.
|
Syaridah
|
|
B+
|
|
|
|
12.
|
Yulia
Muntari
|
|
B+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
KELAS
XI
|
|
|
|
|
|
1.
|
Fini
Sofiani
|
A
|
|
|
|
|
2.
|
Lala
S. Balqis
|
A
|
|
|
|
|
3.
|
Leni
Nuraeni S
|
A
|
|
|
|
|
4.
|
Pipih
Sofiah
|
A
|
|
|
|
|
5.
|
Suci
Wulandari
|
|
B+
|
|
|
|
6.
|
Yeyet
Solihat
|
A
|
|
|
|
|
7.
|
Yayan
Firmansyah
|
A
|
|
|
|
|
8.
|
Dede
Nanang
|
|
|
C
|
|
|
9.
|
Heri
Setiawan
|
|
|
|
D
|
|
10.
|
Gema
Nurdiansyah
|
|
|
|
|
E
|
11.
|
Sansan
Firmansyah
|
|
|
C
|
|
|
12.
|
Hilman
|
|
B
|
|
|
|
13.
|
Deni
Fauzi
|
|
|
C+
|
|
|
14.
|
Irfan
Ardiansyah
|
|
B
|
|
|
|
15.
|
Tia
Santika
|
|
B+
|
|
|
|
E.
FAKTOR PENYEBAB MAMPU TIDAKNYA
MEMBACA AL-QUR’AN
Dengan melihat tabel di atas
jelas terganbar bahwa ada siswa yang fasih dalam membaca al-Qur’an dan ada yang
tidak. Bahkan ada yang tidak bisa sama sekali. Data ini tidak mencapai separuh
siswa yang ada di SMA Karya Budi Cileunyi Bandung. Kemudian jika dibandingkan
dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat dikelompokkan menjadi lima
kelompok yaitu :
Tabel
4
Kelompok
yang fasih dalam membaca al-Qur’an kelas X
No.
|
Nama
Siswa
|
Alasan
Fasih
|
1
|
Aas
Siti Mariyam
|
-
Sejak TK sudah terbiasa membaca
al-Qur’an sampai sekarang
-
Orang tua mendukung dan
terbiasa pula membaca al-Qur’an
-
Banyak teman yang saling
mendorong kepengajian
-
Sering di tes terutama dalam
tajwidnya
-
Mempunyai minat yang tinggi
dalam membaca al-Qur’an
-
Dilakukan secara kontinu /
terus menerus
-
Lingkungan mendukung dan banyak
mesejid yang menyelenggarakan pengajian
-
Saudara dikeluarga semua bisa
membaca al-Qur’an
|
2
|
Alis
|
|
3
|
Ita
Puspitasari
|
|
4
|
Santi
Rostianti
|
|
5
|
Fitri
|
|
6
|
Astriyani
|
Tabel
5
Kelompok
yang fasih dalam membaca al-Qur’an Kelas XI
No.
|
Nama
Siswa
|
Alasan
Fasih
|
1
|
Fini
Sofiani
|
-
Sejak SD sudah terbiasa membaca
al-Qur’an sampai sekarang
-
Orang tua mendukung dan
terbiasa pula membaca al-Qur’an
-
Banyak teman yang saling
mendorong kepengajian
-
Sering di tes terutama dalam
tajwidnya
-
Mempunyai minat yang tinggi
dalam membaca al-Qur’an
-
Dilakukan secara kontinu /
terus menerus
-
Lingkungan mendukung dan banyak
mesejid yang menyelenggarakan pengajian
-
Saudara dikeluarga semua bisa
membaca al-Qur’an
|
2
|
Lala
S Balqis
|
|
3
|
Lani
Nuraini
|
|
4
|
Pipih
Sofiah
|
|
5
|
Yeyet
Solihat
|
|
6
|
Yayan
Firmansyah
|
Tabel
6
Kelompok
yang lancar dalam membaca al-Qur’an kelas X
No.
|
Nama
Siswa
|
Alasan
lancar
|
1
|
Eli
Sri Nurhayati
|
-
Sejak SD bahkan ada yang mulai
sejak kelas 3 SD sudah terbiasa membaca al-Qur’an
-
Orang tua mendukung tetapi
banyak diinkari/tidak diturut
-
Banyak teman yang saling
mendorong kepengajian
-
Tidak diperhatikan bacaan tajwidnya
-
Mempunyai minat yang tinggi
dalam membaca al-Qur’an
-
Dilakukan dengan tidak terus
menerus
-
Lingkungan mendukung dan banyak
mesejid yang menyelenggarakan pengajian
|
2
|
Ranti
Mustika
|
|
3
|
Nurhalimah
|
|
4
|
Syaridah
|
|
5
|
Yulia
Muntari
|
|
|
|
Tabel
7
Kelompok yang lancar
dalam membaca al-Qur’an Kelas XI
No.
|
Nama
Siswa
|
Alasan
lancar
|
1
|
Suci
Wulandari
|
-
Sejak SD sudah terbiasa membaca
al-Qur’an ada yang sejak SD kelas 4
-
Orang tua mendukung dan
terbiasa pula membaca al-Qur’an
-
Banyak teman yang saling
mendorong kepengajian
-
Tajwidnya jarang diperhatikan
-
Mempunyai minat yang tinggi
dalam membaca al-Qur’an
-
Dilakukan secara kontinu /
terus menerus
-
Lingkungan mendukung dan banyak
mesejid yang menyelenggarakan pengajian
-
Pondasi agama Agamanya bagus
|
2
|
Hilman
|
|
3
|
Irfan
|
|
4
|
Tia
Santika
|
|
|
|
|
|
|
Tabel
8
Kelompok
yang sedang dalam membaca al-Qur’an Kelas X
No.
|
Nama
Siswa
|
Alasan
lancar Sedang
|
1
|
Rina
Marlina
|
-
Sejak kecil tidak pernah ngaji,
baru kelas 1 MTs. memaksakan ngaji
-
Orang tua suka menyuruh membaca
al-Qur’an tapi tak acuh
-
Dilingkungan ada yang mengajar
ngaji tapi jauh
-
Minat ada tetapi yang mengajar
tidak menarik
-
Tidak rutin dilakukan
-
Sejak mulai hanya n gaji bada
maghrib
-
Saudara dikeluarga tidak
memberikan dorongan
|
|
|
Tabel
9
Kelompok
yang sedang dalam membaca al-Qur’an Kelas XI
No.
|
Nama
Siswa
|
Alasan
lancar Sedang
|
1
|
Dede
Nanang
|
-
Sejak kecil tidak pernah ngaji,
baru kelas 3 SMP memaksakan ngaji
-
Orang tua suka menyuruh membaca
al-Qur’an tapi tak acuh
-
Dilingkungan ada yang mengajar
ngaji tapi jauh
-
Banyak bermain, nongkrong
-
Tidak rutin dilakukan
-
Orang tua tidak mendukung/
agamanya kurang kuat
|
2
|
Sansan
Firmansyah
|
|
3
|
Deni
Fauzi
|
|
|
|
Tabel
10
Kelompok
yang belum lancar dalam membaca al-Qur’an kels XI
No.
|
Nama
Siswa
|
Alasan
tidak lancar
|
1
|
Heri
Seiawan
|
-
Sejak kecil tidak pernah ngaji
-
Orang tua suka menyuruh membaca
al-Qur’an tapi tidak pernah digubris
-
Dilingkungan tidak ada yang
mengajar ngaji
-
Minat ada tetapi banyak tidak
mau
-
Tidak rutin dilakukan
-
Banyak bermain ketimbang
kegiatan positif
-
Saudara dikeluarga tidak
memberikan dorongan
|
|
|
Tabel
11
Kelompok
yang tidak bisa dalam membaca al-Qur’an kelas XI
No.
|
Nama
Siswa
|
Alasan
tidak bisa
|
1
|
Gema
Nurdiansyah
|
-
Sejak kecil tidak pernah diajari
membaca al-Qur’an sampai sekarang
-
Orang tua tidak menyuruh
-
Jauh ketempat pengajian
-
Minat ada tetapi banyak
mengelak
-
Banyak main ketimbang belajar
|
|
|
Melihat data diatas, faktor
kontinuitas dalam pembelajaran sangat memberikan pengaruh terhadap kelancaran
seseorang dalam memahami sesuatu. Al-Qur’an yang secara terus menerus
dipelajari akan mudah untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa yang sejak kanak-kanak terus belajar al-Qur’an, dapat kelihatan bahwa
mereka pandai membaca al-Qur’an. Jelas bahwa pada pondasi masa kecil sangat
berpengaruh kepada cara belajar mereka. “Oleh karena itu tidaklah mengherankan
jika masa anak-anak menjadi masa yang paling tepat untuk menginternalisasikan
nilai-nilai yang diyakini kemanfaatannya, agar selanjutnya dapat diaplikasikan
dalam kehidupan”. [11]
F.
SOLUSI YANG DAPAT DIKEMBANGKAN
Pengembangan diri BTAQ adalah
sebuah upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an bagi siswa.
Keberadaanya banyak didukung oleh institusi sekolah, namun kelemahannya banyak
siswa yang enggan untuk mengikutinya. Padahal pengembangan diri BTAQ banyak
membantu pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penulis
sudah menawarkan program yang dapat membantu melancarkan dalam membaca
al-Qur’an. Materi sangat mendasar dari mulai pengenalan huruf sampai dengan
fasih membaca al-Qur’an.
Untuk mencari solusi terbaik,
penulis mengembangkan pembelajaran BTAQ dengan menggunakan metode BBQ 99.
Penilaian dilakukan secara kontinu. Tentu saja yang paling penting harus
dilakukan secara rutin. Sebab ilmu apabila dibiarkan akan banyak lupanya
ketimbang ingatnya.
Metode BBQ 99 disusun oleh H.
Abdul Madjid Sofie, SE., oleh penulis dijadikan buku primer-nya dalam
penelitian ini. Banyak metode yang menawarkan cara untuk mempermudah membaca
al-Qur’an, tetapi penulis mencoba buku BBQ 99 dengan tujuan untuk memperkaya
khazanah keilmuan. Buku dirancang untuk pemula sampai dewasa dari mulai nol
sampai mampu membaca al-Qur’an. Berisi tentang bagian pertama mengenal huruf
dasar dalam al-Qur’an sampai bagian kesembilan simbol-simbol boleh tidaknya
menghentikan bacaan. Dimulai dari pelajaran 1 sampai ke 53, serta dilampirkan dengan
berbagai macam pernak-pernik agar buku menjadi menarik.
Buku Metode BBQ 99 juga mendapat
sambutan positif dari Gubernur Jawa Barat yang saat dijabat oleh Danni
Setiawan. Juga mendapat sambutan positif dari bebrbagai kalangan baik
masyarakat umum maupun akademisi. Namun penulis akan mempercepat proses pada
materi-materi yang dianggap mudah – disajikan sesuai kebutuhan.
Metode ini sudah penulis terapkan
sejak tahun pelajaran 2010/2011. Hanya saja untuk pengembangan akan dibahas
lebih detil pada karya ilmiyah yang lainnya. Dengan metode BBQ 99 ini,
diasumsikan akan lebih mumpuni untuk melancarkan siswa dalam membaca al-Qur’an.
Dengan waktu yang memadai serta dibuktikan dengan praktek dan uji kompetensi
siswa akan lebih mudah mempelajari al-Qur’an.
- KEBERADAAN MATERI AL-QUR’AN
Materi yang membahas al-Qur’an di
SMA dalam satu semester hanya satu kali dan tersaji dalam waktu 8 jam atau 4
kali pertemuan. Penyajiannya berkisar pada membaca, menulis dan mengartikan.
Siswa dituntut untuk menulis dan mengartikan, bagaimana bisa jika membacanya
saja belum mampu. Secara teori siswa setingkat SMA semestinya sudah mahir dalam
membaca al-Qur’an, sebab mereka sudah diajarkan sejak Sekolah Dasar dan materi
al-Qur’an setiap semester terus menerus disajikan. Pada kenyataannya materi di
sekolah tidak cukup hanya diajarkan dalam waktu yang singkat. Mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam hanya disediakan waktu 2 jam pelajaran perminggu itu
untuk mengkaji semua materi – bukan hanya al-Qur’an. Belum lagi, metode yang
dipergunakan belum tentu mampu menjamin cocok dengan situasi.
Jika kita melihat materi pembelajaran
al-Qur’an pada setiap tingkatan kelas – khususnya SMA – belum cukup untuk
sampai ketingkat mampu membaca, jika sebelumnya siswa tidak dibekali dengan
dasar membaca al-Qur’an yang baik. Pada tingkatan SMA semestinya sudah masuk ke
pranata pemahaman terhadap sebuah konsep. Bukan pada tataran praktis kognitif
yang bersifat penanaman pundamental. Sepertinya mereka baru mengenal membaca
al-Qur’an. Jelas hal ini membutuhkan waktu khusus untuk menanganinya.
Materi al-Qur’an di tingkat SMA
tersaji sebagai berikut :
Tabel
12
Materi
al-Qur’an kelas X
No.
|
SK
|
KD
|
Materi
|
Ketr.
|
1
|
1.
Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai khalifah di
bumi.
|
Membaca QS Al
Baqarah: 30, Al-Mukminum: 12-14, Az-Zariyat: 56 dan An Nahl : 78
|
· Q.S.
Al-Baqarah; 30
· Q.S.
Al-Mukminun; 12-14
· Q.S.
Az-Zariyat; 56
· Q.S.
An Nahl: 78
|
Semester
1
2
Membaca
2 jam
mengartikan
2 jam
isi kandungan
|
2
|
2.
Memahami ayat-ayat Al-Quran tentang keikhlasan dalam beribadah
|
Membaca QS Al
An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah: 5
|
·
Q.S. Al-An’am; 162-163
·
Q.S. Al-Bayyinah: 5
|
2
Membaca
2 jam
mengartikan
2 jam
isi kandungan
|
3
|
1.
Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang
Demokrasi
|
Membaca QS Ali Imran: 159 dan QS Asy Syura: 38
|
·
Ali Imran : 159
·
Asy-Syura : 38
|
Semester
2
2
Membaca
2 jam
mengartikan
2 jam
isi kandungan
|
|
3
X materi
|
10
ayat
|
10
ayat
|
18 jam
pelajaran
|
Tabel
13
Materi
al-Qur’an kelas XI
No.
|
SK
|
KD
|
Materi
|
Ketr.
|
1
|
1. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang kompetisi dalam kebaikan
|
Membaca QS Al
Baqarah: 148 dan QS Al-Fatir: 32
|
· Surat
Al Baqarah:148
· Surat
Al Fatir: 32
|
Semester
1
2
Membaca
2 jam
mengartikan
2 jam
isi kandungan
|
2
|
2.
Memahami ayat-ayat
Al-Qur’an tentang perintah menyantuni kaum dhuafa
|
Membaca QS Al
Isra: 26–27 dan QS Al-Baqarah: 177
|
·
Al Quran Surat Al Isra :
26-27
·
Al Quran Surat Al Baqarah :
177
|
2
Membaca
2 jam
mengartikan
2 jam
isi kandungan
|
3
|
7. Memahami
ayat-ayat Al Qur’an tentang perintah
menjaga kelestarian lingkungan hidup
|
Membaca QS Ar Rum: 41- 42, QS Al-A’raf: 56-58, dan QS
Ash Shad: 27
|
·
Q.S. Ar-Rum; 41-42
·
Q.S. Al-A’raf;56-58
·
Q.S. As-Shad; 27
|
Semester
2
2
Membaca
2 jam
mengartikan
2 jam
isi kandungan
|
|
3
X materi
|
10
ayat
|
10
ayat
|
18 jam
pelajaran
|
Tabel
14
Materi
al-Qur’an kelas XII
No.
|
SK
|
KD
|
Materi
|
Ketr.
|
1
|
1.
memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang anjuran bertoleransi
|
1.1
Membaca QS Al-Kafiruun, QS Yunus: 40-41, dan QS
Al-Kahfi: 29
|
· Al-Kafirun
· Yunus;
40-41
· Al-Kahfi;
29
|
Semester
1
2
Membaca
2 jam
mengartikan
2 jam
isi kandungan
|
2
|
2.
memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang etos kerja
|
2.1
Membaca QS Al-Mujadalah: 11 dan QS
Al-Jumuah: 9-10
|
· Q.S.
Al-Mujadalah;11
· Q.S.
Al-Jumuah; 9-10
|
2
Membaca
2 jam
mengartikan
2 jam
isi kandungan
|
3
|
7.
Memahami ayat-ayat al Quran tentang pengembangan IPTEK
|
Membaca QS Yunus:101 dan QS Al-Baqarah: 164
|
·
Al Quran Surat Yunus; 101
·
Al Quran Surat Al-Baqarah:
164
|
Semester
2
2
Membaca
2 jam
mengartikan
2 jam
isi kandungan
|
3
|
3 materi
|
8 ayat + al-Kafirun : 1-6
|
8 ayat + al-Kafirun : 1-6
|
18 Jam pelajaran
|
Keberadaan materi tersebut
sepertinya hanya membahas pokok-pokok masalah yang disodorkan berdasarkan
kepentingan saja. Pembahsan mengenai bagaimana cara belajar al-Qur’an yang bauk
dan benar tidak tersentuh. Artinya belajar al-Qur’an harus ada waktu khusus diluar
jam pelajaran. Keberadaan mata pelajaran pengembangan diri dari segi waktu
bertambah dan ada secara khusus. Namun anak yangikut serta didalamnya tidak
banyak memilih ke pengembangan diri BTAQ. Kemudian anak yang ada di mata
pelajaran pengembangan diri syudah banyak siswa yang sudah mampu membaca
al-Qur’an. Siswa yang lainnya tidak tersentuh dan hanya dari materi di atas
saja.
- PENUTUP
Telah terjadi kesenjangan yang
significant antara siswa yang bisa membaca al-Qur’an dengan siswa yang tidak
bisa membaca al-Qur’an. Kesenjangan itu berawal dari kebiasaan mereka
dilingkungan keluarga. Ternyata banyak faktor yang mempengaruhi seseorang
lancar atau tidaknya dalam membaca al-Qur’an. Faktor utama adalah; (1) Orang
tua, yang dapat memberikan pengaruh terhadap anak untuk melakukan sesuatu
adanya dorongan orang tua, jika maksimal dalam memberikan bimbingan, maka akan
semakin baik seorang anak dalam membaca al-Qur’an, jika kurang baik dalam
memberikan bimbingan, maka anak akan semakin kurang dalam belajar membaca
al-Qur’an. (2) Minat yang dimiliki
seseorang, jika minat besar maka keinginan untuk dapat membaca al-Qur’an akan
mudah dilakukan dan jika minat kecil atau tidak ada sama sekali, maka keinginan
untuk dapat membaca al-Qur’an tidak ada. (3) Kontinuitas, jika si anak dididik
sejak usia dini, kebiasaan membaca al-Qur’an akan tetap ada sampai usia remaja
dan dewasa, jika sejak kecil tidak dibiasakan untuk terus menerus membaca
al-Qur’an, maka setelah remaja atau dewasa, akan tetap kurang lancar dalam
membaca al-Qur’an.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi
lancar tidaknya seseorang dalam membaca al-Qur’an adalah; (1) Teman sebaya, (2)
Lingkungan sosial tempat anak bergaul, (3) agama, (4) ekonmi seseorang. Namun
hal itu tidak terlalu berpengaruh besar terhadap kemampuan siswa dalam membaca
al-Qur’an.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul
Madjid Sofie, Metode BBQ 99 Belajat Termudah Membaca Al-Qur’an (Bandung
: El-Fath. 2008)
Abdul Mujib, Fitrah dan
Kepribadian Islam Sebuah Pendekatan Psikologis (Jakarta : Darul Falah.
1999)
Dindin Jamaludin, Metode
Pendidikan Anak (Teori dan Praktik) (Bandung : Pustaka Al-Fikriis, 2010)
Muhammad Ali, Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar (Bandung : Sinar Baru. 1987)
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2009) hlm.
151
Tim Penyusun Kurikulum, Kurikulum
SMA Karya Budi Cileunyi Kabupaten Bandung Tahun 2009/2010 (Bandung : YPK
Karya Budi. 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar