Judul

Kamis, 31 Januari 2013

KESENJANGAN ANTARA SISWA YANG MAMPU MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN SISWA YANG TIDAK MAMPU MEMBACA AL-QUR’AN


Oleh : Iis Suryatini

PENDAHULUAN

            Al-Qur’an merupakan kitab suci ummat islam, ini diakui oleh seluruh umat manusia di dunia. Sudah merupakan keharusan, sebagai umat islam pandai membaca al-Qur’an. Tidak hanya itu umat islam semestinya dapat menulis, memahami, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu berarti umat islam telah memelihara al-Qur’an. Memelihara al-Qur’an berarti pula menegakkan syari’at islam, sebab syari’at islam bersumber dari al-Qur’an. Pertanyaannya adalah bagaimana umat islam bisa menggali ajaran islam yang benar dari al-Qur’an, sedangkan membacanya saja belum bisa? Inilah dorongan penulis untuk tetap fokus mengajarkan al-Qur’an sekaligus mengadakan penelitian mengapa dikalangan siswa masih banyak yang belum bisa membaca al-Qur’an.
             Meskipun demikian kegairahan umat islam khusnya dikalangan generasi muda  dan kaum ibu dalam menegakkan syi’ar islam sungguh sangat menggembirakan kita kaum muslimin. Pada dua dasawarsa terakhir sebagian syi’ar islam dapat kita lihat dalam kemakmuran mesjid, terutama mesjid-mesjid tertentu yang berada di kota-kota besar. Setiap hari kita melihat berbagai kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh generasi muda dan majlis-majlis ta’lim kaum ibu. [1]
            Namun sebelum itu, kita prihatin melihat kenyataan bahwa banyak sekali masjid-masjid dan musholla yang megah atau sederhana di kota maupun di desa yang sepi dari kegiatan, khususnya belajar membaca al-Qur’an. Mungkin inilah salah satu sebab mengapa sebagaian besar kaum muslimin dewasa ini tidak bisa membaca al-Qur’an, padahal al-Qur’an merupakan petunjuk bagi segenap kaum muslimin yang harus dibaca, ditelaah, dihayati, dan diamalkan sepanjang hidupnya di dunia.[2]
            Sebenarnya tidak hanya itu yang menyebabkan kaum muslimin tidak bisa membaca al-Qur’an. Penulis akan mencoba mengungkap faktor lain yang menyebabkan kaum muslimin tidak bisa membaca al-Qur’an, khususnya di Sekolah tempat penulis mengajar yaitu SMA Karya Budi Cileunyi Kabupaten Bandung. Penemuan ini sebenarnya sudah lama terjadi, akan tetapi lebih kentara lagi setelah adanya mata pelajaran Pengembangan Diri BTAQ. Siswa di Sekolah tempat penulis mengabdi tidak banyak yang memilih mata pelajaran Pengembangan diri BTAQ, meskipun mereka benar-benar tidak bisa membaca al-Qur’an.
            Perubahan kurikulum yang terjadi dewasa ini dari KBK 2004 menjadi KTSP 2006 membuat peta mata pelajaran yang disodorkan pemerintah lebih menekankan kepada Kurikulum yang dibuat Tingkat Satuan Pendidikan. Pada tingkatan Muatan lokal diserahkan kepada Sekolah masing-masing. Dari 38 jam tatap muka kelas X (SMA) dan 39 jam tatap muka kelas XI dan XII (SMA), sebanyak 4 jam pelajaran diisi dengan Muatan Lokal 2 jam pelajaran, dan 2 jam pelajaran Pengembbangan Diri.[3] Mata Pengembangan Diri dipilih berdasarkan hasil rapat orang tua dan Dewan Guru [4] pada setiap menjelan tahun ajaran baru. Dari hasil rapat itu ditentukan bahwa untuk pengembangan diri diisi dengan Mata Pelajaran BTAQ (Baca Tulis al-Qur’an, Kesenian Tradisional, Bola Voly, Bola Basket). Mata Pelajaran Pengembangan Diri ini diberlakukan sejak tahun pelajaran 2007/2008.
            Dengan adannya Muatan Lokal Pengembangan diri BTAQ dengan sendirinya dapat mendorong siswa untuk membaca dan menulis serta memahami al-Qur’an dengan waktu yang lebih banyak dari sebelumnya. Namun pada mata pelajaran Pengembangan diri BTAQ, masih terdapat siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an. Dapat dimaklumi bahwa hal ini terjadi karena siswa kelas X merupakan siswa baru yang masuk setelah tamat SMP/MTs. Denngan demikian terjadilah permasalahan yang klasik yaitu siswa belum lancar membaca al-Qur’an. Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “KESENJANGAN YANG TERJADI ANTARA SISWA YANG MAMPU MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN SISWA YANG TIDAK MAMPU MEMBACA AL-QUR’AN (Penelitian pada SMA Karya Budi Cileunyi Kabupaten Bandung tahun pelajaran 2010/2011). Hal ini penulis lakukan untuk mengetahui faktor penyebab utama sebagian siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an. Padahal mereka sudah dewasa, usia kelas X kira-kira antara 15 – 16 tahun, dan kelas XI berusia antara 16 – 17 tahun.


KESENJANGAN  
ANTARA SISWA YANG MAMPU MEMBACA AL-QUR’AN
DENGAN SISWA YANG TIDAK MAMPU MEMBACA AL-QUR’AN

A.     FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SESEORANG
Untuk dapat meneliti secara seksama tentang kemampuan membaca al-Qur’an bagi setiap siswa, penulis akan melakukan riset dari faktor-faktor yang yang dapat diukur. Faktor-faktor itu dapat membawa pengaruh besar kepada siswa tersebut. Tentu tidak semua faktor dapat ditampilkan, namun kiranya yang diteliti dapat mewakili dari keseluruhan yang ada.
1.      Faktor pribadi (diri sendiri)
Term “kepribadian” dalam beberapa bahasa disebut dengan personality [5]. Istilah ini diambil dari Bahasa Ingris. Dalam beberapa definisi penulis mengambil istilah yang dikemukakan oleh Alfred Adler, kepribadian adalah gaya hidup individu atau cara yang karakteristik mereaksinya seseorang terhadap masalah-masalah hidup, termasuk tujuan hidup. [6]
Menilik dari definisi tersebut penulis beranggapan bahwa faktor kepribadian banyak mempengaruhi terhadap kemauan secara pribadi untuk belajar, termasuk ketika belajar membaca al-Qur’an. Kepribadian banyak menampilkan gaya hidup, merasa penting atau tidak terhadap sesuatu. Padahal semua manusia perlu belajar. Pada umumnya siswa banyak belajar al-Qur’an ketika duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) karena masa ini mempunyai sifat penurut yang manut atas suruhan orang lain – salah satunya orang tua – bahkan merasa takut. Namun ketika masuk SMP siswa mulai enggan untuk belajar al-Qur’an. Keterputusan ini menyebabkan tidak adanya kontinuitas terhadap proses belajar al-Qur’an. Belum lagi ketika belajar pada usia SD guru yang mengajarnya kurang baik dalam membaca al-Qur’an atau dengan kata lain kebenarannya diragukan.
Berbeda dengan siswa yang pandai membaca al-Qur’an, dari hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa mereka secara terus menerus belajar al-Qur’an, bahkan sampai duduk di bangku SMA. Minat mereka sangat besar dalam keinginan untuk bisa membaca al-Qur’an. Terlebih guru yang yang mengajarkannya sering memberkan tes secara berkala untuk mengontrol kemajuan siswanya.
Dengan demikian jelas bahwa faktor pribadi – yang didalammya ada minat – untuk membaca al-Qur’an sangat membawa pengaruh secara signifikan terhadap kelancaran membacanya. Ketika para siswa ditanya, apakah ada minat untuk membaca al-Qu’ran? Mereka menjawab ada. Namun ketika disodorkan minat itu apa, dan kemudian diberikan penjelasan tentang minat mereka yang tidak bisa membaca al-Qur’an, sering merenung bahwa dalam dirinya sedikit minat bahkan tidak ada sama sekali.      
2.      Faktor Orang Tua
Faktor lain yang dapat mempengaruhi dalam membacara al-Qur’an adalah orang tua. Keinginan untuk belajar dapat timbul karena ada dorongan orang lain. Dorongan itu membawa pengaruh positif terhadap anak pada tahap belajar.  Anak belajar memerlukan sentuhan orang tua dengan jalan membimbingnya. Bahkan dapat menghindarkan anak dari perbuatan yang kurang baik.
Orang tua harus mempu mengatakan kepada anak bahwa membaca al-Qur’an adalah kewajiban seorang muslim, karena al-Qur’an sebagai kitab sucinya. Pada kenyataannya anak ada yang mau mengikuti perintah orang tua dan ada yang tidak. Bahkan mereka seringnya membantah sehingga membaca al-Qur’an mereka kurang baik. Berdasarkan fakta yang penulis miliki bahwa anak yang sring membantah orang tua untuk membaca al-Qur’an, kebanyakan kurang pandai. Sedangkan anak yang sering menuruti perintah orang tua untuk membaca al-Qur’an secara terus menerus sangat pandai dalam membaca al-Qur’an.  
3.      Faktor Teman Sebaya
Keberadaan orang lain yang sebaya akan membbawa pengaruh terhadap dirinya. Bisa saja pengaruh itu bersifat positif atau negative. Bagaimana anak bermain dan bergaul dengan teman yang setingkat atau sebaya. Kalau teman sebayanya selalu mengajak kepada hal yang positif biasanya anak yang diajak akan mengikutinya pada hal yang positif pula. Akan tetapi jika teman sebaya itu mengajak kepada yang negative, maka jiwa anak yang diajak akan lebih respek terhadap hal yang negative.
Anak yang tidak pandai membaca al-Qur’an dan lepas dari pengawasan orang tua, mereka mengatakan paling sering nongkrong dan main tidak karuan meskipun dirumahnya dekat mesjid tempat orang lain membaca al-Qur’an. Hal itu mereka alami sejak di bangku Sekolah Dasar sampai setingkat sekolah lanjutan (SMP dan SMA).
Anak yang pandai membaca al-Qur’an banyak terdorong oleh teman-temannya yang sebaya. Pada saat mereka pergi ke tempat pengajian maka mereka sering pergi bersama-sama. Bahkan orang tua sering mengontrolnya ke tempat pengajian.
4.      Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial tempat anak bergaul sangat banyak mempengaruhi kepada tingkah laku anak. Jika dilingkungan mendukung terhadap kegiatan positif maka anak akan terbiasa dengan hal positif. Namun jika lingkungan sosial anak mempengaruhi kepada kegiatan negative boleh jadi pergaulan anakpun akan negative. 
Perlu diingat bahwa lingkungan sosial anak itu ada yang dekat dengan tempat tinggalnya tetapi ada yang jauh dengan tempat tinggalnya. Yang dekat dengan tempat tinggalnya mungkin akan mudah untuk diawasi oleh orang tuanya. Tepai lingkungan sosial yang jauh dengan tempat tinggalnya akan susah untuk diawasi. Hal ini akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa. Dalam kemampuan siswa membaca al-Qur’an, lingkungan sosial dekat rumahnya akan lebih dominan terhadap kemampuan membaca al-Qir’an siswa.   
5.      Faktor Minat
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. [7] Dorongan yang timbul dari kesadaran diri akan mudah untuk memperoleh kebutuhan dirinya terhadap sesuatu. Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. [8]
Demikian pada minat anak terhadap membaca al-Qur’an. Jika pada dirinya tertanam keinginan untuk bisa membaca al-Qur’an, maka sejak kecil akan lebih fokus untuk menekuni membaca al-Qur’an sampai benar-benar bisa. Bahkan faktor minat ini akan mempengaruhi terhadap faktor-faktor lainnya.
Setelah penulis mewawancarai seluruh siswa yang masuk kelas BTAQ, ternyata semua mempunyai keinginan untuk mampu membaca al-Qur’an. Hanya saja penulis menduga hanya saat ditanya saja. Ketika berhadapan dengan kenyataan siswa yang tidak mampu membaca al-Qur’an lebih cenderung kepada; minat ada tetapi enggan untuk melaksanakan. Berarti minat mereka tidak besar.
6.      Faktor Agama 
Agama seseorang akan bergantung kepada pokok pangkalnya. Pokok pangkal dimasud adalah orang tua yang melahirkan anak. Agama seorang anak akan mengikuti agama yang dianut oleh kedua orang tuanya. Namun faktor agama seseorang akan bergantung kepada jiwa yang mendasarinya. Jika dasar agama anak kuat, maka akan kuat memegang agama setelah dia dewasa. Sebaliknya jika dasar agama seorang anak lemah, maka akan lemah pula dalam menjalankan kehidupannya.
Seorang muslim akan menjunjung tinggi islam untuk kehidupannya dan akan melaksanakan kewajibannya sebagai muslim yang taat. Tentu dalam hal ini al-Qur’an akan dipelajari dengan baik. Al-Qur’an akan menjadi bagian dalam kehidupannya. Bukan sekedar tahu, tetapi dapat dibaca.
Dari sejumlah siswa kelas BTAQ yang diteliti sebanyak 26 orang siswa sebanyak 80,76 % atau 21 siswa dari agama yang taat. Sisanya 20,24% atau 5 orang siswa termasuk kelaurga yang agamanya lemah. Dari data tersebut jelas tergambar bahwa faktor agamapun sangat mempengaruhi kepada kepandaian siswa dalam membaca al-Qur’an.     

B.     MODEL PENILAIAN DALAM MEMBACA AL-QUR’AN
Dalam membuat penilaian penulis akan menentukan skala dengan berbagai macam kategori. Mulai dari kategari fasih, lancar, lancar sedang, belum lancar, dan tidak bisa sama sekali. Skala ini untuk memudahkan mengontrol perkembangan membaca al-Qur’an pada setiap siswa. Bahkan penulis akan dapat mengetahui siswa yang fasih (lancar)  sampai yang tidak mampu sama sekali.
Setelah diketahui kriteria siswa dalam membaca al-Qur’an, selanjutnya penulis akan menerapkan metode yang digunakan. Metode ini untuk mempercepat agar siswa lancar dalam membaca al-Qur’an. Penerapan metode akan lebih mudah mengawalinya dari arah mana setelah diketahui tingkatan dasar kelancaran membaca al-Qur’an pada anak. Tingkatan dasar yang dimiliki seorang anak sering disebut “entry behavior”.
Seseorang dapat memiliki sesuatu kemampuan (hasil belajar) dengan baik, bila sebelumnya telah memiliki kemampuan yang lebih rendah dari padanya dalam bidang yang sama. Kemampuan yang telah dimiliki sebelum mempelajari sesuatu kemampuan baru disebut dengan entry behavior. Jadi entry behavior pada dasarnya merupakan keadaan pengetahuan atau keterampilan yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh siswa sebelum ia mempelajari pengetahuan atau keterammpilan baru. [9]


Tabel 1
Gambar Model Penilaian Siswa Kelompok BTAQ
No.
Skala Penilaian
Nama Siswa
Nilai Kuatitatif dan Nilai Kualitatif
80 – 100
A
70 – 79
B
60 – 69
C
50 – 59
D
40 – 49
E
Fasih
Lancar
 Sedang
Belum lancar
Tidak bisa
1.






2.






3.






4.






5.






6.
Dst.






C.     DATA DILAPANGAN (MATA PELAJARAN BTAQ)
Pelajaran Baca Tulis al-Qur’an merupakan bagian dari mata pelajaran Pengembangan diri yang masuk dalam kurikulum KTSP di SMA Karya Budi Cileunyi Kabupaten Bandung. Mata pelajaran Pengembangan Diri adalah disodorkan kepada siswa untuk dipilih, sebab Mata Peljaran Pengembangan diri terdiri dari beberapa sub mata pelajaran yaitu; BTAQ, Kesenian, Bola Voly dan Bola Basket. Mata pelajaran pengembangan diri hanya ada di kelas X dan kelas XI. Mata Pelajaran ini mulai diberlakukan sejak menggunakan kurikulum KTSP 2006.
Dalam perkembangannya BTAQ terus mengalami pasang surut dari jumlah siswa yang mengikutinya. Memang mata pelajaran BTAQ boleh dibilang sangat kurang peminatnya. Dari data dilapangan karena mereka (para siswa) merasa takut disebabkan tidak mampu membaca al-Qur’an. Karena BTAQ bukan hanya olah keterampilan belaka, tetapi menggunakan ketelitian dan kecerdasan otak. Sedangkan Pengembangan Diri lainnya – kesenian, volley ball dan Basket Ball – banyak menggunakan permainan dan keterampilan gerak yang memang sangat disukai siswa.
Sejak tahun pelajaran 2006/2007 belum begitu fokus pada penyelenggaran Mata pelajaran Pengembangan Diri BTAQ, sehingga data sulit diperoleh. Pada tahun 2007/2008 kebijakan dirubah hamper seluruh siswa diwajibkan berdasarkan kebijakan dari pimpinan sekolah sehingga jumlahnya 50 orang siswa kelas X, 59 orang siswa kelas XI dan 60 orang siswa kelas XII. Pada tahun 2008/2009 minat siswa terhadap BTAQ menurun drastic karena ada kebijakan lain dari pimpinan, sehingga jumlahnya mencapai 12 orang siswa kelas X, 10 orang siswa kelas XI, dan 10 orang siswa kelas XII. Pada tahun 2009/2010 kebijakan berubah kembali dan hanya diikuti oleh kelas X dan XII dengan rincian 20 orang siswa kelas X, 15 orang siswa kelas XI. Pada tahun 2010/2011 dikuti oleh 11 orang siswa kelas X dan 15 orang siswa kelas XI.


D.     PENILAIAN YANG DILAKUKAN
Penilaian perkembangan kemajuan siswa dalam membaca al-Qur’an telah penulis lakukan sejak awal tahun ajaran. Untuk tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh data sebagai berikut :
  
Tabel 3
Model Penilaian Siswa Kelompok BTAQ
Data paling akhir
No.
Skala Penilaian
Nama Siswa
Nilai Kuatitatif dan Nilai Kualitatif
80 – 100
A
70 – 79
B
60 – 69
C
50 – 59
D
40 – 49
E
Fasih
Lancar
Sedang
Belum lancar
Tidak bisa

KELAS X





1.
Aas Siti Mariyam
A+




2.
Alis
A




3.
Eli Sri Nurhayati

B



4.
Ita Puspitasari
A




5.
Ranti Mustika

B-



6.
Rina Marlina


C


7.
Santi Rostianti
A-




8.
Nurhalimah

B



9.
Fitri
A




10.
Astriyani
A




11.
Syaridah

B+



12.
Yulia Muntari

B+











KELAS XI





1.
Fini Sofiani
A




2.
Lala S. Balqis
A




3.
Leni Nuraeni S
A




4.
Pipih Sofiah
A




5.
Suci Wulandari

B+



6.
Yeyet Solihat
A




7.
Yayan Firmansyah
A




8.
Dede Nanang


C


9.
Heri Setiawan



D

10.
Gema Nurdiansyah




E
11.
Sansan Firmansyah


C


12.
Hilman

B



13.
Deni Fauzi


C+


14.
Irfan Ardiansyah

B



15.
Tia Santika

B+





E.      FAKTOR PENYEBAB MAMPU TIDAKNYA MEMBACA AL-QUR’AN
Dengan melihat tabel di atas jelas terganbar bahwa ada siswa yang fasih dalam membaca al-Qur’an dan ada yang tidak. Bahkan ada yang tidak bisa sama sekali. Data ini tidak mencapai separuh siswa yang ada di SMA Karya Budi Cileunyi Bandung. Kemudian jika dibandingkan dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu :

Tabel 4
Kelompok yang fasih dalam membaca al-Qur’an kelas X

No.
Nama Siswa
Alasan Fasih
1
Aas Siti Mariyam
-   Sejak TK sudah terbiasa membaca al-Qur’an sampai sekarang
-   Orang tua mendukung dan terbiasa pula membaca al-Qur’an
-   Banyak teman yang saling mendorong kepengajian
-   Sering di tes terutama dalam tajwidnya
-   Mempunyai minat yang tinggi dalam membaca al-Qur’an
-   Dilakukan secara kontinu / terus menerus
-   Lingkungan mendukung dan banyak mesejid yang menyelenggarakan pengajian
-   Saudara dikeluarga semua bisa membaca al-Qur’an
2
Alis
3
Ita Puspitasari
4
Santi Rostianti
5
Fitri
6
Astriyani
  
Tabel 5
Kelompok yang fasih dalam membaca al-Qur’an Kelas XI
No.
Nama Siswa
Alasan Fasih
1
Fini Sofiani
-   Sejak SD sudah terbiasa membaca al-Qur’an sampai sekarang
-   Orang tua mendukung dan terbiasa pula membaca al-Qur’an
-   Banyak teman yang saling mendorong kepengajian
-   Sering di tes terutama dalam tajwidnya
-   Mempunyai minat yang tinggi dalam membaca al-Qur’an
-   Dilakukan secara kontinu / terus menerus
-   Lingkungan mendukung dan banyak mesejid yang menyelenggarakan pengajian
-   Saudara dikeluarga semua bisa membaca al-Qur’an
2
Lala S Balqis
3
Lani Nuraini
4
Pipih Sofiah
5
Yeyet Solihat
6
Yayan Firmansyah

Tabel 6
Kelompok yang lancar dalam membaca al-Qur’an kelas X
No.
Nama Siswa
Alasan lancar
1
Eli Sri Nurhayati
-   Sejak SD bahkan ada yang mulai sejak kelas 3 SD sudah terbiasa membaca al-Qur’an
-   Orang tua mendukung tetapi banyak diinkari/tidak diturut
-   Banyak teman yang saling mendorong kepengajian
-   Tidak diperhatikan bacaan tajwidnya
-   Mempunyai minat yang tinggi dalam membaca al-Qur’an
-   Dilakukan dengan tidak terus menerus
-   Lingkungan mendukung dan banyak mesejid yang menyelenggarakan pengajian
2
Ranti Mustika
3
Nurhalimah
4
Syaridah
5
Yulia Muntari



Tabel 7
Kelompok yang lancar dalam membaca al-Qur’an Kelas XI
No.
Nama Siswa
Alasan lancar
1
Suci Wulandari
-   Sejak SD sudah terbiasa membaca al-Qur’an ada yang sejak SD kelas 4
-   Orang tua mendukung dan terbiasa pula membaca al-Qur’an
-   Banyak teman yang saling mendorong kepengajian
-   Tajwidnya jarang diperhatikan
-   Mempunyai minat yang tinggi dalam membaca al-Qur’an
-   Dilakukan secara kontinu / terus menerus
-   Lingkungan mendukung dan banyak mesejid yang menyelenggarakan pengajian
-   Pondasi agama Agamanya bagus
2
Hilman
3
Irfan
4
Tia Santika





Tabel 8
Kelompok yang sedang dalam membaca al-Qur’an Kelas X
No.
Nama Siswa
Alasan lancar Sedang
1
Rina Marlina
-   Sejak kecil tidak pernah ngaji, baru kelas 1 MTs. memaksakan ngaji
-   Orang tua suka menyuruh membaca al-Qur’an tapi tak acuh
-   Dilingkungan ada yang mengajar ngaji tapi jauh
-   Minat ada tetapi yang mengajar tidak menarik
-   Tidak rutin dilakukan  
-   Sejak mulai hanya n gaji bada maghrib
-   Saudara dikeluarga tidak memberikan dorongan



Tabel 9
Kelompok yang sedang dalam membaca al-Qur’an Kelas XI
No.
Nama Siswa
Alasan lancar Sedang
1
Dede Nanang
-   Sejak kecil tidak pernah ngaji, baru kelas 3 SMP memaksakan ngaji
-   Orang tua suka menyuruh membaca al-Qur’an tapi tak acuh
-   Dilingkungan ada yang mengajar ngaji tapi jauh
-   Banyak bermain, nongkrong
-   Tidak rutin dilakukan 
-   Orang tua tidak mendukung/ agamanya kurang kuat
2
Sansan Firmansyah
3
Deni Fauzi



Tabel 10
Kelompok yang belum lancar dalam membaca al-Qur’an kels XI
No.
Nama Siswa
Alasan tidak lancar
1
Heri Seiawan
-   Sejak kecil tidak pernah ngaji
-   Orang tua suka menyuruh membaca al-Qur’an tapi tidak pernah digubris
-   Dilingkungan tidak ada yang mengajar ngaji
-   Minat ada tetapi banyak tidak mau
-   Tidak rutin dilakukan 
-   Banyak bermain ketimbang kegiatan positif
-   Saudara dikeluarga tidak memberikan dorongan



Tabel 11
Kelompok yang tidak bisa dalam membaca al-Qur’an kelas XI
No.
Nama Siswa
Alasan tidak bisa
1
Gema Nurdiansyah
-   Sejak kecil tidak pernah diajari membaca al-Qur’an sampai sekarang
-   Orang tua tidak menyuruh
-   Jauh ketempat pengajian
-   Minat ada tetapi banyak mengelak
-   Banyak main ketimbang belajar





Melihat data diatas, faktor kontinuitas dalam pembelajaran sangat memberikan pengaruh terhadap kelancaran seseorang dalam memahami sesuatu. Al-Qur’an yang secara terus menerus dipelajari akan mudah untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa yang sejak kanak-kanak terus belajar al-Qur’an, dapat kelihatan bahwa mereka pandai membaca al-Qur’an. Jelas bahwa pada pondasi masa kecil sangat berpengaruh kepada cara belajar mereka. “Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika masa anak-anak menjadi masa yang paling tepat untuk menginternalisasikan nilai-nilai yang diyakini kemanfaatannya, agar selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan”. [11]   

F.      SOLUSI YANG DAPAT DIKEMBANGKAN
Pengembangan diri BTAQ adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an bagi siswa. Keberadaanya banyak didukung oleh institusi sekolah, namun kelemahannya banyak siswa yang enggan untuk mengikutinya. Padahal pengembangan diri BTAQ banyak membantu pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penulis sudah menawarkan program yang dapat membantu melancarkan dalam membaca al-Qur’an. Materi sangat mendasar dari mulai pengenalan huruf sampai dengan fasih membaca al-Qur’an.
Untuk mencari solusi terbaik, penulis mengembangkan pembelajaran BTAQ dengan menggunakan metode BBQ 99. Penilaian dilakukan secara kontinu. Tentu saja yang paling penting harus dilakukan secara rutin. Sebab ilmu apabila dibiarkan akan banyak lupanya ketimbang ingatnya.
Metode BBQ 99 disusun oleh H. Abdul Madjid Sofie, SE., oleh penulis dijadikan buku primer-nya dalam penelitian ini. Banyak metode yang menawarkan cara untuk mempermudah membaca al-Qur’an, tetapi penulis mencoba buku BBQ 99 dengan tujuan untuk memperkaya khazanah keilmuan. Buku dirancang untuk pemula sampai dewasa dari mulai nol sampai mampu membaca al-Qur’an. Berisi tentang bagian pertama mengenal huruf dasar dalam al-Qur’an sampai bagian kesembilan simbol-simbol boleh tidaknya menghentikan bacaan. Dimulai dari pelajaran 1 sampai ke 53, serta dilampirkan dengan berbagai macam pernak-pernik agar buku menjadi menarik.
Buku Metode BBQ 99 juga mendapat sambutan positif dari Gubernur Jawa Barat yang saat dijabat oleh Danni Setiawan. Juga mendapat sambutan positif dari bebrbagai kalangan baik masyarakat umum maupun akademisi. Namun penulis akan mempercepat proses pada materi-materi yang dianggap mudah – disajikan sesuai kebutuhan. 
Metode ini sudah penulis terapkan sejak tahun pelajaran 2010/2011. Hanya saja untuk pengembangan akan dibahas lebih detil pada karya ilmiyah yang lainnya. Dengan metode BBQ 99 ini, diasumsikan akan lebih mumpuni untuk melancarkan siswa dalam membaca al-Qur’an. Dengan waktu yang memadai serta dibuktikan dengan praktek dan uji kompetensi siswa akan lebih mudah mempelajari al-Qur’an.  
 
  1. KEBERADAAN MATERI AL-QUR’AN
            Materi yang membahas al-Qur’an di SMA dalam satu semester hanya satu kali dan tersaji dalam waktu 8 jam atau 4 kali pertemuan. Penyajiannya berkisar pada membaca, menulis dan mengartikan. Siswa dituntut untuk menulis dan mengartikan, bagaimana bisa jika membacanya saja belum mampu. Secara teori siswa setingkat SMA semestinya sudah mahir dalam membaca al-Qur’an, sebab mereka sudah diajarkan sejak Sekolah Dasar dan materi al-Qur’an setiap semester terus menerus disajikan. Pada kenyataannya materi di sekolah tidak cukup hanya diajarkan dalam waktu yang singkat. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam hanya disediakan waktu 2 jam pelajaran perminggu itu untuk mengkaji semua materi – bukan hanya al-Qur’an. Belum lagi, metode yang dipergunakan belum tentu mampu menjamin cocok dengan situasi.
                Jika kita melihat materi pembelajaran al-Qur’an pada setiap tingkatan kelas – khususnya SMA – belum cukup untuk sampai ketingkat mampu membaca, jika sebelumnya siswa tidak dibekali dengan dasar membaca al-Qur’an yang baik. Pada tingkatan SMA semestinya sudah masuk ke pranata pemahaman terhadap sebuah konsep. Bukan pada tataran praktis kognitif yang bersifat penanaman pundamental. Sepertinya mereka baru mengenal membaca al-Qur’an. Jelas hal ini membutuhkan waktu khusus untuk menanganinya.
            Materi al-Qur’an di tingkat SMA tersaji sebagai berikut :







Tabel 12
Materi al-Qur’an kelas X
No.
SK
KD
Materi
Ketr.
1
1. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi.
Membaca  QS Al Baqarah: 30, Al-Mukminum: 12-14, Az-Zariyat: 56 dan An Nahl : 78
·      Q.S. Al-Baqarah; 30
·      Q.S. Al-Mukminun; 12-14
·      Q.S. Az-Zariyat; 56
·      Q.S. An Nahl: 78
Semester 1
2 Membaca
2 jam mengartikan
2 jam isi kandungan
2
2. Memahami ayat-ayat Al-Quran tentang keikhlasan dalam beribadah
Membaca  QS Al An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah: 5
·        Q.S. Al-An’am; 162-163
·        Q.S. Al-Bayyinah: 5

2 Membaca
2 jam mengartikan
2 jam isi kandungan
3
1. Memahami ayat-ayat   Al-Qur’an tentang Demokrasi
Membaca QS Ali Imran: 159 dan QS Asy Syura: 38
·         Ali Imran : 159
·         Asy-Syura : 38
Semester 2
2 Membaca
2 jam mengartikan
2 jam isi kandungan

3 X materi
10 ayat
10 ayat
18 jam pelajaran

Tabel 13
Materi al-Qur’an kelas XI
No.
SK
KD
Materi
Ketr.
1
1.  Memahami ayat-ayat   Al-Qur’an tentang kompetisi dalam kebaikan
Membaca  QS Al Baqarah: 148 dan QS Al-Fatir: 32
·      Surat Al Baqarah:148
·      Surat Al Fatir: 32
Semester 1
2 Membaca
2 jam mengartikan
2 jam isi kandungan
2
2. Memahami ayat-ayat  Al-Qur’an tentang perintah menyantuni kaum dhuafa
Membaca  QS Al Isra:  26–27 dan QS Al-Baqarah: 177
·         Al Quran Surat Al Isra : 26-27
·         Al Quran Surat Al Baqarah : 177
2 Membaca
2 jam mengartikan
2 jam isi kandungan
3
7.  Memahami ayat-ayat   Al Qur’an tentang perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup
Membaca QS Ar Rum: 41- 42, QS Al-A’raf: 56-58, dan QS Ash Shad: 27
·         Q.S. Ar-Rum; 41-42
·         Q.S. Al-A’raf;56-58
·         Q.S. As-Shad; 27
Semester 2
2 Membaca
2 jam mengartikan
2 jam isi kandungan

3 X materi
10 ayat
10 ayat
18 jam pelajaran

Tabel 14
Materi al-Qur’an kelas XII
No.
SK
KD
Materi
Ketr.
1
1. memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang anjuran bertoleransi
1.1    Membaca  QS Al-Kafiruun, QS Yunus: 40-41, dan QS Al-Kahfi: 29

·    Al-Kafirun
·    Yunus; 40-41
·    Al-Kahfi; 29
Semester 1
2 Membaca
2 jam mengartikan
2 jam isi kandungan
2
2. memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang etos kerja
2.1      Membaca QS Al-Mujadalah: 11 dan QS Al-Jumuah: 9-10

·    Q.S. Al-Mujadalah;11
·    Q.S. Al-Jumuah; 9-10
2 Membaca
2 jam mengartikan
2 jam isi kandungan
3
7. Memahami ayat-ayat al Quran tentang pengembangan IPTEK
Membaca  QS Yunus:101 dan QS Al-Baqarah: 164

·    Al Quran Surat  Yunus; 101
·    Al Quran Surat Al-Baqarah: 164
Semester 2
2 Membaca
2 jam mengartikan
2 jam isi kandungan
3
3 materi
8 ayat + al-Kafirun : 1-6
8 ayat + al-Kafirun : 1-6
18 Jam pelajaran


            Keberadaan materi tersebut sepertinya hanya membahas pokok-pokok masalah yang disodorkan berdasarkan kepentingan saja. Pembahsan mengenai bagaimana cara belajar al-Qur’an yang bauk dan benar tidak tersentuh. Artinya belajar al-Qur’an harus ada waktu khusus diluar jam pelajaran. Keberadaan mata pelajaran pengembangan diri dari segi waktu bertambah dan ada secara khusus. Namun anak yangikut serta didalamnya tidak banyak memilih ke pengembangan diri BTAQ. Kemudian anak yang ada di mata pelajaran pengembangan diri syudah banyak siswa yang sudah mampu membaca al-Qur’an. Siswa yang lainnya tidak tersentuh dan hanya dari materi di atas saja.  





  1. PENUTUP
            Telah terjadi kesenjangan yang significant antara siswa yang bisa membaca al-Qur’an dengan siswa yang tidak bisa membaca al-Qur’an. Kesenjangan itu berawal dari kebiasaan mereka dilingkungan keluarga. Ternyata banyak faktor yang mempengaruhi seseorang lancar atau tidaknya dalam membaca al-Qur’an. Faktor utama adalah; (1) Orang tua, yang dapat memberikan pengaruh terhadap anak untuk melakukan sesuatu adanya dorongan orang tua, jika maksimal dalam memberikan bimbingan, maka akan semakin baik seorang anak dalam membaca al-Qur’an, jika kurang baik dalam memberikan bimbingan, maka anak akan semakin kurang dalam belajar membaca al-Qur’an.  (2) Minat yang dimiliki seseorang, jika minat besar maka keinginan untuk dapat membaca al-Qur’an akan mudah dilakukan dan jika minat kecil atau tidak ada sama sekali, maka keinginan untuk dapat membaca al-Qur’an tidak ada. (3) Kontinuitas, jika si anak dididik sejak usia dini, kebiasaan membaca al-Qur’an akan tetap ada sampai usia remaja dan dewasa, jika sejak kecil tidak dibiasakan untuk terus menerus membaca al-Qur’an, maka setelah remaja atau dewasa, akan tetap kurang lancar dalam membaca al-Qur’an.
            Faktor lain yang dapat mempengaruhi lancar tidaknya seseorang dalam membaca al-Qur’an adalah; (1) Teman sebaya, (2) Lingkungan sosial tempat anak bergaul, (3) agama, (4) ekonmi seseorang. Namun hal itu tidak terlalu berpengaruh besar terhadap kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an.  














DAFTAR PUSTAKA


   Abdul Madjid Sofie, Metode BBQ 99 Belajat Termudah Membaca Al-Qur’an (Bandung : El-Fath. 2008)

            Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam Sebuah Pendekatan Psikologis (Jakarta : Darul Falah. 1999)

            Dindin Jamaludin, Metode Pendidikan Anak (Teori dan Praktik) (Bandung : Pustaka Al-Fikriis, 2010)

            Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung : Sinar Baru. 1987)

            Muhibbin Syah, Psikologi Belajar  (Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2009) hlm. 151

            Tim Penyusun Kurikulum, Kurikulum SMA Karya Budi Cileunyi Kabupaten Bandung Tahun 2009/2010 (Bandung : YPK Karya Budi. 2009)



   [1] Abdul Madjid Sofie, Metode BBQ 99 Belajat Termudah Membaca Al-Qur’an (Bandung : El-Fath. 2008), cet. Ke XI, hlm. v
                [2] Abdul Madjid, Metode BBQ 99, hlm. v
                [3] Tim Penyusun Kurikulum, Kurikulum SMA Karya Budi Cileunyi Kabupaten Bandung Tahun 2009/2010 (Bandung : YPK Karya Budi. 2009) hlm. 10 dan 13
                [4] Rapat orang tua siswa diwakili oleh Komite Sekolah sebagai mitra dan kontrol kepada sekolah dengan Dewan Guru dilaksakan pada hari Rabu, tanggal 1 Juli 2009 pukul 09.00 sekaligus Rapat Dinas Guru dan pembagian tugas untuk tahun ajaran 2009/2010 (informasi Kepala Sekolah)
                [5] Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam Sebuah Pendekatan Psikologis (Jakarta : Darul Falah. 1999) hlm. 72
                [6] Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam. Hlm. 76
                [7] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar  (Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2009) hlm. 151
                [8] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. Hlm. 151
                [9] Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung : Sinar Baru. 1987) hlm. 74
                [10] Data ini penulis ambil berdasarkan absen yang ada pada kelas BTAQ untuk semua tingkat sejak tahun pelajaran 2006/2007 sampai tahun pelajaran 2010/2011
                [11] Dindin Jamaludin, Metode Pendidikan Anak (Teori dan Praktik) (Bandung : Pustaka Al-Fikriis, 2010) hlm. 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers