Judul

Kamis, 31 Januari 2013

SIRAH NABAWI DAN PROBLEMATIKA PEMBELAJARANNYA DI SMP


Oleh : Iis Suryatini

A.      PENDAHULUAN
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Di dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di SMP adalah Pendidikan Agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa serta berakhlak mulia.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Tarikh/Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu materi yang ada dalam matapelajaran PAI, di samping aspek-aspek lain yaitu Akidah (Keimanan), Akhlak, Fiqh, dan Qur’an Hadis. Dengan demikian, SKI di SMP tidak menjadi matapelajaran tersediri, melainkan masuk dalam PAI.
Masing-masing sub mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi. Al-qur'an-hadis merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti ia merupakan sumber akidah-akhlak, syari’ah/fikih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Akidah (ushuluddin) atau keimanan merupakan akar atau pokok agama. Syariah/fikih (ibadah, muamalah) dan akhlak berti­tik tolak dari akidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup). Syari’ah/fikih merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan makhluk lainnya. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olahraga/kesehatan, dan lain-lain) yang dilandasi oleh akidah yang kokoh. Sejarah kebudayaan Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidu­pannya yang dilandasi oleh akidah.

B.       GAMBARAN UMUM SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI SMP
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor  23  tahun 2006, Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Sejarah Kebudayaan Islam di SMP adalah: “Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para shahabat serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di nusantara
Dan hal tersebut dituangkan dalam ruang lingkup Sejarah Kebudayaan Islam di SMP menjadi:
1.      Mendeskripsikan sejarah Nabi sejak kelahiran hingga diangkat menjadi rasul dengan misi yang dibawanya.
2.      Menjelaskan Nabi dalam berdakwah mengembangkan misinya.
3.      Mengetahui sejarah Nabi dalam membangun sistem pereknomian masyarakat Madinah.
4.      Mengetahui sejarah dakwah Islam pada masa Daulah Abbasiyah dan kemajuan ilmu pengetahuan yang dicapai pada masa tersebut.
5.      Mengetahui sejarah perkembangan Islam di nusantara
6.      Memamami sejarah tardisi Islam di nusantara

Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari Sejarah Kebudayaan Islam di SMP adalah:
Kelas VII Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
8.      Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW.
8.1  Menjelaskan sejarah Nabi Muhammad SAW
8.2  Menjelaskan misi Nabi Muhammad untuk semua manusia dan bangsa

Kelas VII Semester 2
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
14. Memahami sejarah Nabi Muhammad Saw
14.1Menjelaskan misi Nabi Muhammad Saw. untuk menyempurnakan akhlak, membangun manusia mulia dan bermanfaat
14.2Menjelaskan misi Nabi Muhammad Saw. sebagai rahmat bagi alam semesta, pembawa kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan masyarakat
14.3Meneladani perjuangan Nabi Muhammad Saw. dan para sahabat dalam menghadapi masyarakat Makkah



Kelas VIII Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
9. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW
9.1 Menceritakan sejarah Nabi Muhammad Saw. dalam membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan
9.2 Meneladani perjuangan Nabi Muhammad Saw. dan para sahabat di Madinah.

Kelas VIII Semester 2
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
15. Memahami Sejarah Dakwah Islam
15.1  Menceritakan sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam sampai masa Abbasiyah
15.2  Menyebutkan tokoh ilmuwan Muslim dan perannya sampai masa daulah Abbasiyah.

Kelas IX Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
7.      Memahami perkembangan Islam di Nusantara
7.1  Menceritakan sejarah masuknya Islam di Nusantara melalui perdagangan, sosial, dan pengajaran
7.2  Menceritakan beberapa kerajaan Islam di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi

Kelas IX Semester 2
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
13. Memahami sejarah tradisi Islam Nusantara.


13.1 Menceritakan seni budaya lokal sebagai bagian dari tradisi Islam.
13.2 Memberikan apresiasi terhadap tradisi dan upacara adat kesukuan Nusantara


C.      SIRAH NABAWI DAN PROBLEMATIKA PEMBELAJARANNYA DI SMP
Setelah menelaah Kurikulum, SI, SKL, SK, KD, serta silabus dan RPP Sejarah Kebudayaan Islam di SMP, penulis menemukan beberapa problematika yang berkaitan dengan hal tersebut, antara lain:
1.         Tujuan Utama Pembelajaran SKI
Tujuan dan manfaat paling mendasar dari pembelajaran SKI adalah menjadikan persitiwa masa lalu yang telah terjadi sebagai uswah hasanah dan ’ibrah. Tujuan dan manfaat tersebut baru dapat diwujudkan jika pembelajaran SKI tidak hanya sebagai proses transformasi pengetahuan mengenai data dan peristiwa masa lalu, tetapi juga tranformasi nilai-nilai yang perlu diteladani oleh anak didik. Mempelajari SKI pada dasarnya bukan sekedar menghafal data dan fakta masa lalu tentang perjalanan Islam, namun yang lebih penting adalah memaknai data tersebut untuk kepentingan sekarang. Karena itu, tugas kita selaku pendidik   bukan sekedar mewajibkan kepada peserta didik untuk menghafal sebanyak-banyaknya peristiwa sejarah kebudayaan Islam, namun bagaimana kita kaitkan berbagai data sejarah itu dengan permasalahan peserta didik dan masalah masyarakat saat ini. Kalau hal ini kita lakukan, maka sebenarnya kita sudah berupaya melakukan rekonstruksi masa lalu untuk kepentingan sekarang, bukan untuk kepentingan masa lalu.
Oleh karena itu dalam pembelajaran SKI, sebagai seorang guru, hendaknya kita senantiasa: (1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam  yang telah dibangun oleh Rasulullah saw dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. (2) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan  sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan. (3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.  (4) Mengembangkan  kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
2.         Posisi guru dalam pembelajaran SKI
Sebagai sebuah peristiwa, masa lalu tidak akan terulang. Tetapi dari sudut nilai dan pesan, sejarah akan selalu hidup. Oleh karena itu,  jika belajar SKI hanya berhenti pada data mengenai peristiwa masa lalu, maka nilai dan kebermaknaannya bagi kehidupan sekarang tidak akan pernah dirasakan, sehingga sangat mungkin peserta didik  akan merasa bosan dan tidak memperoleh manfaat.  Oleh karena itu dalam pembelajaran SKI, selain sebagai seorang guru, kita juga harus menjadi sejarawan yang mampu melakukan rekonstruksi masa lalu untuk kepentingan masa kini sesuai dengan persoalan yang berkembang di masyarakat dan kepentingan anak didik. Sejarah Kebudayaan Islam adalah catatan masa lalu tentang cara berfikir dan berbuat masyarakat Islam yang terefleksi dalam semangat hidup dan perilaku dengan didukung oleh bukti-bukti yang valid dan dapat diuji. Bukti-bukti ini didasarkan kepada sumber sejarah Islam baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Sumber tertulis dapat berupa dokumen dan manuskrip, sedangkan sumber tidak tertulis seperti sumber lisan, artefak, relief, monumen dan sebagainya. Kedua sumber tersebut dapat digunakan sebagai dasar memahami dan merekonstruksi sejarah kebudayaan Islam.
Jika problem di satu masyarakat berbeda dengan masyarakat yang lain, maka berarti rekonstruksi sejarah tentu berbeda. Inilah yang disebut dengan memaknai sejarah.
3.         Peta Materi dalam pembelajaran SKI
Apabila memperhatikan SK-KD Materi SKI di SMP, maka terlihat Sejarah kebudayaan dan Pradaban Islam belum terakomodir semuanya, sebab hanya sebagian kecil materi yang bisa diberikan di SMP, yakni sebagaimana tergambar dalam peta materi berikut:
Padahal secara umum periodesasi Sejarah Kebudayaan Islam selengkapnya dimulai sejak masa kalahiran dan pertumbuhan Islam (kelahiran Nabi, perjuangan beliau menyebarkan Islam hingga wafat, masa Khulfaurrasyidin), masa perkembangan dan keemasan (Dinasti Umayyah, Abbasiyah), masa kemunduran, masa Tiga Kerajaan Besar, dan masa kebangkitan kembali. Peiodesasi ini menunjukkan jatuh bangunnya sejarah Islam sepanjang perjalanannya. Sesuai dengan makna filosofis yang terkandung di dalam kata syajarah (pohon), ia tumbuh, berkembang, rindang dan berbuah, menua dan goyah, akhirnya roboh. Setelah roboh tunas berikutnya berusaha untuk tumbuh lagi dan bangkit. Siapa yang berperan sebagai tunas-tunas yang berusaha untuk terus tumbuh dan berkembang? Mereka adalah orang yang dapat menangkap pelajaran yang terkandung di dalam dinamika sejarah kebudayaan Islam
Dalam materi SKI di SMP tidak ada sejarah masa Khulfaurrasyidin, masa kemunduran, masa Tiga Kerajaan Besar, dan masa kebangkitan kembali. Bahkan menurut penulis dalam materi Sjarah Islam di Indonesia, seakan ada materi ”titipan” yakni pada KD Tradisi Isla m Nusantara yang jelas-jelas hal ini merupakan kontroversi dalam hal aqidah, sementara penulis yakin bahwa core dari SKI itu adalah untuk memurnikan aqidah. Demikian pula dalam materi masa keemasan Islam, perlu digali lebih dalam lagi agar menjadi ibrah, insfirasi, motivasi bagi kita umat Islam untuk lebih maju, jangan sampai sejarah tersebut hanya tinggal sejarah tanpa ada upaya untuk meraih kejayaan kembali.
4.         Alokasi Waktu dalam pembelajaran SKI
Pembelajaran SKI yang diberikan hanya dua jam pelajaran setiap semesternya, dan itupun diberikan di akhir semester. Hal ini dirasa kurang memiliki waktu yang tepat apabila kita hubungkan dengan tujuan pembalajaran materi SKI yang tidak hanya sebagai proses transformasi pengetahuan mengenai data dan peristiwa masa lalu, tetapi juga tranformasi nilai-nilai yang perlu diteladani oleh anak didik.
Oleh karena itu, sebagai seorang guru kita dituntut untuk mensiasati hal tersebut bagaimana caranya agar pembelajaran SKI dapat lebih bermakna walaupun hanya dalam waktu yang sempit. Menurut penulis, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan, antara lain dengan (1) meningkatkan penguasaan materi sejarah kebudayaan Islam. Bagaimanapun, pembelajaran SKI tidak bisa lepas dari detail materi, misalnya waktu, tokoh, tempat, dan pertistiwa, meskipun pembelajaran SKI tidak hanya berhenti pada materi. Penguasaan materi secara mendalam akan membantu kita sebagai guru untuk memberikan pemahaman komprehensif (sesuai struktur ilmu) terhadap anak didik. (2) Guru hendaknya memahami lebih dahulu tentang nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam materi yang akan diajarkan, baru kemudian diajarkan kepada anak didik, sehingga mereka mampu menghayati dan meneladani dalam kehidupan mereka sehari-hari. Oleh karena itu, pemilihan metode yang tepat menjadi hal yang sangat penting.
5.         Pemilihan Metode dalam Pembelajaran SKI
Mengingat peristiwa-peristiwa yang diungkap dalam mata pelajaran SKI sudah sering didengar oleh anak didik dalam berbagai kesempatan, maka terdapat kecenderungan anak didik merasa bosan. Berkaitan dengan hal ini, guru dituntut mampu menentukan metode yang tepat sehingga kecenderungan merasa bosan tersebut dapat diatasi. Banyak metode yang bisa digunakan dalam pembelajaran SKI, namun perlu tetap diingat bahwa pemilihan metode tersebut harus mempertimbangkan karakter anak didik, karakter materi, situasi dan kondisi kelas, dan seterusnya. Menurut penulis, salah satu model yang tepat untuk pembelajaran SKI adalah model pembelajaran interaktif seperti Role Playing (bermain peran) atau metode group investigation. Langkah-langkah pembelajaran  Role Playing (bermain peran) adalah sebagai berikut:
Ø  Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
Ø  Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm
Ø  Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
Ø  Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
Ø  Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
Ø  Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan
Ø  Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas
Ø  Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya (bisa berupa hikmah yang dapat dipetik dari materi yang dipelajari)
Ø  Guru memberikan kesimpulan secara umum
Ø  Evaluasi
Ø  Penutup
Sedangkan Langkah-langkah pembelajaran  Group investigation adalah:
Ø  Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
Ø  Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
Ø  Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
Ø  Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan
Ø  Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok
Ø  Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
Ø  Evaluasi


6.         Pemilihan Media dalam Pembelajaran SKI
Tidak dapat dipungkiri, media merupakan salahsatu bagian yang bisa menentukan berhasil atau tidaknya sebuah pembelajaran. Begitupula dalam pembelajaran SKI, sebaiknya seorang guru mampu meilih media yang tepat sehingga tidak menimbulkan kebosanan bagi para siswa. Salah satu media pembelajaran yang penulis ajukan adalah media komputer atau multimedia. Hal ini senada dengan teori klasifikasi pengalaman menurut Edgar Dale yang dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience). Menurut teori ini semakin peserta didik dilibatkan langsung dengan media, maka pola berfikirnya menjadi konkret. Sebaliknya apabila peserta didik hanya diberikan hal-hal yang bersifat verbal maka pola berfikirnya abstrak.

Berdasarkan teori di atas, maka penulis beryakinan bahwa salah satu upaya agar pembelajaran itu dapat berhasil, maka langkah yang harus diambil oleh seorang pendidik adalah meyakini bahwa pengaruh media pembelajaran sangat besar dalam rangka mempertahan stimulus dalam memory mereka dalam waktu yang lama (long term memory), sehingga mereka mampu me-recall apa yang mereka peroleh dalam pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers