Oleh : Iis Suryatini
A.
PENDAHULUAN
Agama memiliki peran yang amat penting dalam
kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu
kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya
peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama
dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh
melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.
Di dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu bidang studi yang harus
dipelajari oleh peserta didik di SMP adalah Pendidikan Agama Islam, yang
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada tuhan yang maha esa serta berakhlak mulia.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi
spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup
etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama.
Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman
nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual
tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang
dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan.
Tarikh/Sejarah Kebudayaan Islam
merupakan salah satu materi yang ada dalam matapelajaran PAI, di samping
aspek-aspek lain yaitu Akidah (Keimanan), Akhlak, Fiqh, dan Qur’an Hadis.
Dengan demikian, SKI di SMP tidak menjadi matapelajaran tersediri, melainkan
masuk dalam PAI.
Masing-masing sub mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi
mengisi dan melengkapi. Al-qur'an-hadis merupakan sumber utama ajaran Islam,
dalam arti ia merupakan sumber akidah-akhlak, syari’ah/fikih (ibadah,
muamalah), sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Akidah
(ushuluddin) atau keimanan merupakan akar atau pokok agama. Syariah/fikih
(ibadah, muamalah) dan akhlak bertitik tolak dari akidah, yakni sebagai
manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup).
Syari’ah/fikih merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah, sesama manusia dan
dengan makhluk lainnya. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian
hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia dan
lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam
menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan,
kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olahraga/kesehatan, dan lain-lain) yang
dilandasi oleh akidah yang kokoh. Sejarah kebudayaan Islam merupakan
perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha
bersyariah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan
sistem kehidupannya yang dilandasi oleh akidah.
B.
GAMBARAN UMUM SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM DI SMP
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional, Nomor 23 tahun 2006, Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi Sejarah Kebudayaan Islam di SMP adalah: “Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para shahabat
serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di nusantara”
Dan hal tersebut
dituangkan dalam ruang lingkup Sejarah Kebudayaan Islam di SMP menjadi:
1.
Mendeskripsikan sejarah Nabi sejak kelahiran hingga
diangkat menjadi rasul dengan misi yang dibawanya.
2.
Menjelaskan
Nabi dalam berdakwah mengembangkan misinya.
3. Mengetahui sejarah Nabi
dalam membangun sistem pereknomian masyarakat Madinah.
4. Mengetahui sejarah
dakwah Islam pada masa Daulah Abbasiyah dan kemajuan ilmu pengetahuan yang
dicapai pada masa tersebut.
5. Mengetahui sejarah
perkembangan Islam di nusantara
6. Memamami sejarah
tardisi Islam di nusantara
Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari Sejarah Kebudayaan Islam di
SMP adalah:
Kelas
VII Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
8. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW.
|
8.1 Menjelaskan sejarah Nabi
Muhammad SAW
8.2 Menjelaskan misi Nabi
Muhammad untuk semua manusia dan bangsa
|
Kelas VII Semester 2
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
14. Memahami sejarah Nabi
Muhammad Saw
|
14.1Menjelaskan misi Nabi
Muhammad Saw. untuk menyempurnakan akhlak, membangun manusia mulia dan
bermanfaat
14.2Menjelaskan misi Nabi
Muhammad Saw. sebagai rahmat bagi alam semesta, pembawa kedamaian,
kesejahteraan, dan kemajuan masyarakat
14.3Meneladani perjuangan Nabi
Muhammad Saw. dan para sahabat dalam menghadapi masyarakat Makkah
|
Kelas VIII Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
9. Memahami sejarah Nabi
Muhammad SAW
|
9.1 Menceritakan sejarah Nabi Muhammad Saw. dalam
membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan
9.2 Meneladani perjuangan Nabi Muhammad Saw. dan para
sahabat di Madinah.
|
Kelas VIII Semester 2
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
15. Memahami Sejarah Dakwah Islam
|
15.1
Menceritakan sejarah
pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam sampai masa Abbasiyah
15.2 Menyebutkan
tokoh ilmuwan Muslim dan perannya sampai masa daulah Abbasiyah.
|
Kelas IX Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
7.
Memahami perkembangan
Islam di Nusantara
|
7.1 Menceritakan sejarah masuknya Islam di Nusantara melalui
perdagangan, sosial, dan pengajaran
7.2 Menceritakan beberapa kerajaan Islam di Jawa,
Sumatera, dan Sulawesi
|
Kelas IX Semester 2
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
13. Memahami sejarah tradisi Islam Nusantara.
|
13.1 Menceritakan seni budaya lokal sebagai bagian dari
tradisi Islam.
13.2 Memberikan apresiasi terhadap tradisi dan upacara
adat kesukuan Nusantara
|
C.
SIRAH NABAWI DAN PROBLEMATIKA PEMBELAJARANNYA DI SMP
Setelah menelaah Kurikulum, SI, SKL, SK, KD,
serta silabus dan RPP Sejarah Kebudayaan Islam di SMP, penulis menemukan
beberapa problematika yang berkaitan dengan hal tersebut, antara lain:
1.
Tujuan Utama Pembelajaran SKI
Tujuan dan manfaat paling mendasar dari pembelajaran SKI
adalah menjadikan persitiwa masa lalu yang telah terjadi sebagai uswah
hasanah dan ’ibrah. Tujuan dan manfaat tersebut baru dapat
diwujudkan jika pembelajaran SKI tidak hanya sebagai proses transformasi
pengetahuan mengenai data dan peristiwa masa lalu, tetapi juga tranformasi
nilai-nilai yang perlu diteladani oleh anak didik. Mempelajari SKI pada
dasarnya bukan sekedar menghafal data dan fakta masa lalu tentang perjalanan
Islam, namun yang lebih penting adalah memaknai data tersebut untuk kepentingan
sekarang. Karena itu, tugas kita selaku pendidik bukan sekedar mewajibkan kepada peserta
didik untuk menghafal sebanyak-banyaknya peristiwa sejarah kebudayaan Islam,
namun bagaimana kita kaitkan berbagai data sejarah itu dengan permasalahan
peserta didik dan masalah masyarakat saat ini. Kalau hal ini kita lakukan, maka
sebenarnya kita sudah berupaya melakukan rekonstruksi masa lalu untuk
kepentingan sekarang, bukan untuk kepentingan masa lalu.
Oleh karena itu dalam pembelajaran SKI, sebagai seorang
guru, hendaknya kita senantiasa: (1) Membangun kesadaran
peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan
norma-norma Islam yang telah dibangun
oleh Rasulullah saw dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. (2) Membangun kesadaran
peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini,
dan masa depan. (3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta
sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah. Menumbuhkan apresiasi dan
penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti
peradaban umat Islam di masa lampau. (4) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil
ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik,
ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan
peradaban Islam.
2.
Posisi guru dalam pembelajaran SKI
Sebagai sebuah peristiwa, masa lalu tidak akan terulang.
Tetapi dari sudut nilai dan pesan, sejarah akan selalu hidup. Oleh karena
itu, jika belajar SKI hanya berhenti
pada data mengenai peristiwa masa lalu, maka nilai dan kebermaknaannya bagi
kehidupan sekarang tidak akan pernah dirasakan, sehingga sangat mungkin peserta
didik akan merasa bosan dan tidak
memperoleh manfaat. Oleh karena itu
dalam pembelajaran SKI, selain sebagai seorang guru, kita juga harus menjadi
sejarawan yang mampu melakukan rekonstruksi masa lalu untuk kepentingan masa
kini sesuai dengan persoalan yang berkembang di masyarakat dan kepentingan anak
didik. Sejarah Kebudayaan Islam adalah catatan masa lalu tentang cara berfikir
dan berbuat masyarakat Islam yang terefleksi dalam semangat hidup dan perilaku
dengan didukung oleh bukti-bukti yang valid dan dapat diuji. Bukti-bukti ini
didasarkan kepada sumber sejarah Islam baik yang tertulis maupun tidak
tertulis. Sumber tertulis dapat berupa dokumen dan manuskrip, sedangkan sumber
tidak tertulis seperti sumber lisan, artefak, relief, monumen dan sebagainya.
Kedua sumber tersebut dapat digunakan sebagai dasar memahami dan merekonstruksi
sejarah kebudayaan Islam.
Jika problem di satu masyarakat berbeda dengan masyarakat
yang lain, maka berarti rekonstruksi sejarah tentu berbeda. Inilah yang disebut
dengan memaknai sejarah.
3.
Peta Materi dalam pembelajaran SKI
Apabila memperhatikan SK-KD Materi SKI di SMP, maka
terlihat Sejarah kebudayaan dan Pradaban Islam belum terakomodir semuanya,
sebab hanya sebagian kecil materi yang bisa diberikan di SMP, yakni sebagaimana
tergambar dalam peta materi berikut:
Padahal secara umum periodesasi Sejarah Kebudayaan Islam
selengkapnya dimulai sejak masa kalahiran dan pertumbuhan Islam (kelahiran
Nabi, perjuangan beliau menyebarkan Islam hingga wafat, masa Khulfaurrasyidin),
masa perkembangan dan keemasan (Dinasti Umayyah, Abbasiyah), masa kemunduran,
masa Tiga Kerajaan Besar, dan masa kebangkitan kembali. Peiodesasi ini
menunjukkan jatuh bangunnya sejarah Islam sepanjang perjalanannya. Sesuai
dengan makna filosofis yang terkandung di dalam kata syajarah (pohon),
ia tumbuh, berkembang, rindang dan berbuah, menua dan goyah, akhirnya roboh.
Setelah roboh tunas berikutnya berusaha untuk tumbuh lagi dan bangkit. Siapa
yang berperan sebagai tunas-tunas yang berusaha untuk terus tumbuh dan
berkembang? Mereka adalah orang yang dapat menangkap pelajaran yang terkandung
di dalam dinamika sejarah kebudayaan Islam
Dalam materi SKI di SMP tidak ada sejarah masa
Khulfaurrasyidin, masa kemunduran, masa Tiga Kerajaan Besar, dan masa
kebangkitan kembali. Bahkan menurut penulis dalam materi Sjarah Islam di
Indonesia, seakan ada materi ”titipan” yakni pada KD Tradisi Isla m Nusantara
yang jelas-jelas hal ini merupakan kontroversi dalam hal aqidah, sementara
penulis yakin bahwa core dari SKI itu adalah untuk memurnikan aqidah. Demikian
pula dalam materi masa keemasan Islam, perlu digali lebih dalam lagi agar
menjadi ibrah, insfirasi, motivasi bagi kita umat Islam untuk lebih maju,
jangan sampai sejarah tersebut hanya tinggal sejarah tanpa ada upaya untuk
meraih kejayaan kembali.
4.
Alokasi Waktu dalam pembelajaran SKI
Pembelajaran SKI yang diberikan hanya dua jam pelajaran
setiap semesternya, dan itupun diberikan di akhir semester. Hal ini dirasa
kurang memiliki waktu yang tepat apabila kita hubungkan dengan tujuan pembalajaran
materi SKI yang tidak hanya sebagai proses transformasi pengetahuan mengenai
data dan peristiwa masa lalu, tetapi juga tranformasi nilai-nilai yang perlu
diteladani oleh anak didik.
Oleh karena itu, sebagai seorang guru kita dituntut untuk
mensiasati hal tersebut bagaimana caranya agar pembelajaran SKI dapat lebih
bermakna walaupun hanya dalam waktu yang sempit. Menurut penulis, ada beberapa
langkah yang bisa dilakukan, antara lain dengan (1) meningkatkan penguasaan
materi sejarah kebudayaan Islam. Bagaimanapun, pembelajaran SKI tidak bisa
lepas dari detail materi, misalnya waktu, tokoh, tempat, dan pertistiwa,
meskipun pembelajaran SKI tidak hanya berhenti pada materi. Penguasaan materi
secara mendalam akan membantu kita sebagai guru untuk memberikan pemahaman
komprehensif (sesuai struktur ilmu) terhadap anak didik. (2) Guru hendaknya
memahami lebih dahulu tentang nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam
materi yang akan diajarkan, baru kemudian diajarkan kepada anak didik, sehingga
mereka mampu menghayati dan meneladani dalam kehidupan mereka sehari-hari. Oleh
karena itu, pemilihan metode yang tepat menjadi hal yang sangat penting.
5.
Pemilihan Metode dalam Pembelajaran SKI
Mengingat
peristiwa-peristiwa yang diungkap dalam mata pelajaran SKI sudah sering
didengar oleh anak didik dalam berbagai kesempatan, maka terdapat kecenderungan
anak didik merasa bosan. Berkaitan dengan hal ini, guru dituntut mampu
menentukan metode yang tepat sehingga kecenderungan merasa bosan tersebut dapat
diatasi. Banyak metode yang bisa digunakan dalam pembelajaran SKI, namun perlu
tetap diingat bahwa pemilihan metode tersebut harus mempertimbangkan karakter
anak didik, karakter materi, situasi dan kondisi kelas, dan seterusnya. Menurut
penulis, salah satu model yang tepat untuk pembelajaran SKI adalah model
pembelajaran interaktif seperti Role Playing (bermain peran) atau metode group
investigation. Langkah-langkah pembelajaran
Role Playing (bermain peran) adalah sebagai berikut:
Ø Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan
ditampilkan
Ø Menunjuk beberapa siswa
untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm
Ø Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5
orang
Ø Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang
ingin dicapai
Ø Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk
melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
Ø Masing-masing siswa duduk di kelompoknya,
masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan
Ø Setelah selesai dipentaskan, masing-masing
siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas
Ø Masing-masing kelompok menyampaikan hasil
kesimpulannya (bisa berupa hikmah yang dapat dipetik dari materi yang
dipelajari)
Ø Guru memberikan kesimpulan secara umum
Ø Evaluasi
Ø Penutup
Sedangkan Langkah-langkah
pembelajaran Group investigation adalah:
Ø Guru membagi kelas
dalam beberapa kelompok heterogen
Ø Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas
kelompok
Ø Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi
tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari
kelompok lain
Ø Masing-masing kelompok membahas materi yang
sudah ada secara kooperatif berisi penemuan
Ø Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara,
ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok
Ø Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus
memberi kesimpulan
Ø Evaluasi
6.
Pemilihan Media dalam Pembelajaran SKI
Tidak dapat dipungkiri, media merupakan salahsatu bagian
yang bisa menentukan berhasil atau tidaknya sebuah pembelajaran. Begitupula
dalam pembelajaran SKI, sebaiknya seorang guru mampu meilih media yang tepat
sehingga tidak menimbulkan kebosanan bagi para siswa. Salah satu media pembelajaran
yang penulis ajukan adalah media komputer atau multimedia. Hal ini senada
dengan teori klasifikasi pengalaman
menurut Edgar Dale yang dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of
experience). Menurut teori ini semakin peserta didik dilibatkan langsung
dengan media, maka pola berfikirnya menjadi konkret. Sebaliknya apabila peserta
didik hanya diberikan hal-hal yang bersifat verbal maka pola berfikirnya
abstrak.
Berdasarkan teori di atas, maka penulis beryakinan bahwa
salah satu upaya agar pembelajaran itu dapat berhasil, maka langkah yang harus
diambil oleh seorang pendidik adalah meyakini bahwa pengaruh media pembelajaran
sangat besar dalam rangka mempertahan stimulus dalam memory mereka dalam
waktu yang lama (long term memory),
sehingga mereka mampu me-recall apa yang mereka peroleh dalam
pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar